Smartphone - Kecanggihan
teknologi ternyata tidak hanya bisa dicicipi oleh kaum normal. Para
penyandang cacatpun kini pisa menggunakan perangkat elektronik, misalnya
Tuna Netra. Walau mereka dilahirkan dengan kekurangan, tapi disisi lain
mereka layak diberi kebutuhan seperti memiliki sebuah smartphone.
Penemuan terbaru ini ditujukan untuk para penyandang tuna netra,
sebut saja Sumit Dagar seseorang berkebangsaan India. Tentunya, ponsel
yang satu ini tidak dibekali alfabet biasa, melainkan memakai huruf
braille. Jadi mereka bisa membaca SMS ataupun email melalui perangkat
ini.
Uniknya, Dagar mengklaim bahwa smartphone
dengan bantuan huruf braille ini adalah perangkat pertama didunia yang
ditujukan untuk para tuna netra. Apalagi dirinya juga mengklaim bahwa
dalam masa uji coba, respon yang diterima amat tinggi.
Tapi sampai saat ini, dirinya masih menginginkan smartphonenya
kelak lebih dibekali dengan fitur-fitur yang menawan dan canggih. Lalu
apa teknologi yang tersemat didalamnya? teknologi perangkat ini disebut
sebagai Shape Memory Alloy. Kita tak mungkin menemukan layar yang setara
dengan ponsel pada umumnya, karena pada perangkat buatannya menggunakan
layar dengan beberapa pin yang mampu naik turun dan akan menampilkan
huruf braille tersebut.
Benda Terbang Aneh (disingkat BETA; identik dengan makna dari istilah bahasa Inggris: Unidentified Flying Object disingkat UFO) atau sering kali disebut sebagai benda terbang tak dikenal
adalah istilah yang digunakan untuk seluruh fenomena penampakan benda
terbang yang tidak bisa diidentikasikan oleh pengamat dan tetap tidak
teridentifikasi walaupun telah diselidiki.
Istilah BETA diperkenalkan oleh Ketua Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional (Lapan) era 1960-an RJ Salatun untuk fenomena ini. Istilah lain yang digunakan adalah "piring terbang" (bahasa Inggris: flying saucer) dan pertama kali digunakan wartawan untuk menggambarkan benda terbang misterius yang dilihat oleh Kenneth Arnold, yaitu sembilan obyek terbang aneh dalam suatu formasi di atas gunung Rainier, pegunungan Cascade, Washington. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 24 Juni1947. Sejak saat itu, istilah “Piring Terbang” memengaruhi imajinasi banyak orang.
Istilah lain yang juga sempat diperkenalkan adalah BETEBEDI (Benda
Terbang Belum Dikenal) yang dikemukakan oleh seorang akuntan publik dari
Bandung yang bernama C.M. Tanadi yang pada tahun 80-an banyak
menerbitkan buku terjemahan tentang fenomena ini dan majalah yang
bernama Betebedi. Istilah UFO populer
Penggunaan istilah "UFO" sebagai penampakan fenomena misterius pertama kali disarankan pada tahun 1952 oleh Kapten Edward J. Ruppelt, pemimpin pertama Proyek Buku Biru.
Penggunaan istilah "Piring Terbang" tidak mencerminkan penampakan yang
berbeda-beda. Ruppelt mengatakan bahwa istilah "UFO" mesti dilafalkan
seperti kata "you-foe" (kau musuh).
Bagaimana pun juga, istilah tersebut biasanya dilafalkan dengan
menyebut hurufnya satu persatu: "U. F. O.". Istilah asing ini dengan
cepat diadaptasi oleh Angkatan Udara, yang juga langsung menggunakan istilah "UFOB" sekitar tahun 1954.
Ruppelt menceritakan pengalamannya dengan Proyek Buku Biru dalam catatannya, "The Report on Unidentified Flying Objects" (laporan mengenai objek terbang tak dikenal) (1956), juga merupakan buku pertama yang menggunakan istilah UFO.
halo, untuk di postingan blog gue kali ini gue bakalan menceritakan
pengalaman gue ke jakarta pusat buat kontrol di Rumah Sakit Cipto Mangukusumo.
buat kontrol kesana tuh gue dengan perjuangan keras, karena gue gak bisa berjalan dengan
normal dan harus pake kruk, kursi roda, ato digendong, nah gue kan kesana nya pake kereta
api dan di stasiun karawang tuh fasilitas buat individu gak bisa jalan kaae gue tuh gak ada
jadinya gue berangkat kesana tuh gak pake kursi roda atau pun kruk, selain itu pun pintu
keluarnya terlalu sempit pengguna kruk maupun kursi roda jadinya susah buat keluar ato masuknya.
gue kalo berangkat kesana digendong sama nyokap gue, bokap gue, ato security stasiun nya, dan
itu rasanya gak enak karena kan kalo digendong gitu suka banyak orang yang ngeliatin gue, dan gue
nya jadi terkena tekanan psikologis, dan gue kalo mau naik bus juga alasannya sama karena pintu
keluar masuknya tuh terlalu sempit untuk pengguna kruk ato pengguna kursi roda
gue berharap banget ya pemerintah indonesia tuh supaya lebih peduli sama kaum yang gak bisa
jalan dengan normal kaae gue dengan menyediakan fasilitas bagi kaum yang gak bisa jalan dengan
kongkrit! gak cuman di tempat-tempat yang sering dikunjungi turis dan diplomat kaae bandara internasional
dan pelabuhan internasional!