Selasa, 26 Februari 2013

orang-orang terkejam di dunia



Josef Stalin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Generalissimo
Joseph Stalin
Иосиф Виссарионович Сталин
Iosif Vissarionovich Stalin
იოსებ ბესარიონის ძე ჯუღაშვილი
Ioseb Besarionis dze Jughashvili
Josef Stalin, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet Ke-1
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet Ke-1
Masa jabatan
3 April 1922 – 5 Maret 1953
Didahului oleh Posisi dibuat
Digantikan oleh Georgy Malenkov
Ketua Dewan Komisariat Rakyat Uni Soviet
Masa jabatan
6 Mei 1941 – 5 Maret 1953
Didahului oleh Vyacheslav Molotov
Digantikan oleh Georgy Malenkov
Komisaris Rakyat Urusan Pertahanan Uni Soviet
Masa jabatan
19 Juli 1941 – 25 Februari 1946
Perdana Menteri Diri sendiri
Didahului oleh Semyon Timoshenko
Digantikan oleh Posisi dialihkan ke Komisaris Rakyat Urusan Angkatan Bersenjata Uni Soviet
Komisaris Rakyat Urusan Angkatan Bersenjata Uni Soviet
Masa jabatan
25 Februari 1946 – 3 Maret 1947
Perdana Menteri Diri sendiri
Didahului oleh Posisi dibuat
Digantikan oleh Nikolai Bulganin (sebagai Menteri Angkatan Bersenjata Uni Soviet)
Komisaris Rakyat Urusan Kewarganegaraan RSFS Rusia
Masa jabatan
8 November 1917 – 7 Juli 1923
Perdana Menteri Vladimir Lenin
Didahului oleh Posisi dibuat
Digantikan oleh Posisi dihapus
Informasi pribadi
Lahir Iosef Besarionis dze Jughashvili
18 Desember 1878
Gori, Tiflis, Kekaisaran Rusia
Meninggal 5 Maret 1953 (umur 74)
Kuntsevo dekat Moskwa, RSFS Rusia, Uni Soviet
Kebangsaan Uni Soviet
Partai politik Partai Komunis Uni Soviet
Agama Tidak ada (atheis)
Tanda tangan
Iosif (Josef) Vissarionovich Stalin (Bahasa Rusia: Иосиф Виссарионович Сталин, Iósif Vissariónovich Stálin), nama asli Ioseb Jughashvili (Bahasa Georgia: იოსებ ჯუღაშვილი, bahasa Rusia: Иосиф Джугашвили, Iósif Dzhugashvíli;) (lahir 18 Desember 1878 – meninggal 5 Maret 1953 pada umur 74 tahun) adalah pemimpin Uni Soviet dan seorang diktator yang sangat lalim, dikenal juga dengan sebutan "Manusia Baja" sebagai namanya (Stalin atau Steel Man). Ia diperkirakan telah memerintahkan pembunuhan sekitar 30 juta jiwa penduduk Rusia dan negara-negara sekitarnya. Ia juga dikenal sebagai orang yang membenci agama. Awalnya ia masuk seminari di Tbilisi, namun ia kemudian menjadi tidak percaya adanya Tuhan setelah membaca buku Asal-usul Spesies karya Charles Darwin.
Ia tampil sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet. Saingan utama Stalin adalah Leon Trotsky. Ketika akhirnya seluruh partai berada di dalam genggaman Stalin, Trotsky berhasil diusir keluar dari Uni Soviet kemudian dibunuh di Meksiko sekitar tahun 1940. Dan ketika Lenin meninggal dunia tanggal 21 Januari 1924, Stalin tampil sebagai pemimpin Uni Soviet yang baru. Ia memperlakukan saingannya atau siapapun yang tidak sependapat dengannya secara kejam dan tidak manusiawi, terutama pada masa pembersihan besar-besaran di Uni Soviet yang memakan banyak korban jiwa. Mereka semua dihukum mati sebagai musuh negara Soviet atau dijebloskan ke dalam kamp-kamp kerja paksa atau penjara. Kamp tahanan Gulag adalah salah satu saksi bisu kejamnya Stalin pada masa Teror Besar di Uni Soviet.

Ketika Perang Dunia II (1939-1945) meletus, Uni soviet berperang bersama Inggris serta Amerika Serikat melawan Nazi Jerman. Tetapi seusai perang, Stalin memasang "Tirai Besi" antara sekutu Barat dan Soviet dan sebagian besar negara di Eropa Timur dijadikan negara Komunis. Stalin berkuasa sampai saat kematiannya pada usia 74 tahun. Kematiannya ini diduga kuat karena diracun oleh komplotan pimpinan Lavrenty Beria. Pada masa pemerintahannya ia tidak hanya mengawasi seluruh negara Soviet, melainkan juga negara-negara di luar Uni Soviet.



Adolf Hitler

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Adolf hitler)
Langsung ke: navigasi, cari
Adolf Hitler
Hitler pada tahun 1937
Führer Jerman
Masa jabatan
2 Agustus 1934 – 30 April 1945
Didahului oleh Paul von Hindenburg
(sebagai Presiden)
Digantikan oleh Karl Dönitz
(sebagai Presiden)
Kanselir Jerman
Masa jabatan
30 Januari 1933 – 30 April 1945
Presiden Paul von Hindenburg
Deputi
Didahului oleh Kurt von Schleicher
Digantikan oleh Joseph Goebbels
Reichsstatthalter Prusia
Masa jabatan
30 Januari 1933 – 30 Januari 1935
Perdana Menteri
Didahului oleh Jabatan dibentuk
Digantikan oleh Jabatan dihapus
Informasi pribadi
Lahir 20 April 1889
Braunau am Inn, Austria-Hongaria
Meninggal 30 April 1945 (umur 56)
Berlin, Jerman
Kebangsaan
  • Warga negara Austria sampai 7 April 1925[1]
  • Warga negara Jerman sampai 25 Februari 1932
Partai politik Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional (1921–1945)
Afiliasi politik
lain
Partai Pekerja Jerman (1920–1921)
Suami/istri Eva Braun
(29–30 April 1945)
Pekerjaan Politikus, tentara, seniman, penulis
Agama Lihat: Pandangan agama Adolf Hitler
Tanda tangan
Dinas militer
Pengabdian bagi  Kekaisaran Jerman
Dinas/cabang Reichsheer
Masa dinas 1914–1918
Pangkat Gefreiter
Unit Resimen Cadangan Bavaria ke-16
Pertempuran/perang Perang Dunia I
Penghargaan
Adolf Hitler (bahasa Jerman: [ˈadɔlf ˈhɪtlɐ] ( simak); 20 April 1889 – 30 April 1945) adalah seorang politisi Jerman dan ketua Partai Nazi (bahasa Jerman: Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP); Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional) kelahiran Austria. Ia menjabat sebagai Kanselir Jerman sejak 1933 sampai 1945 dan diktator Jerman Nazi (bergelar Führer und Reichskanzler) mulai tahun 1934 sampai 1945. Hitler menjadi tokoh utama Jerman Nazi, Perang Dunia II di Eropa, dan Holocaust.
Hitler adalah veteran Perang Dunia I dengan banyak gelar. Ia bergabung dengan Partai Pekerja Jerman (pendahulu NSDAP) pada tahun 1919, dan menjadi ketua NSDAP tahun 1921. Tahun 1923, ia melancarkan kudeta di Munich yang dikenal dengan peristiwa Beer Hall Putsch. Kudeta yang gagal tersebut berujung dengan ditahannya Hitler. Di penjara, Hitler menulis memoarnya, Mein Kampf (Perjuanganku). Setelah bebas tahun 1924, Hitler mendapat dukungan rakyat dengan mengecam Perjanjian Versailles dan menjunjung Pan-Jermanisme, antisemitisme, dan anti-komunisme melalui pidatonya yang karismatik dan propaganda Nazi. Setelah ditunjuk sebagai kanselir pada tahun 1933, ia mengubah Republik Weimar menjadi Reich Ketiga, sebuah kediktatoran satu partai yang didasarkan pada ideologi Nazisme yang totalitarian dan otokratik.
Tujuan Hitler adalah mendirikan Orde Baru hegemoni Jerman Nazi yang absolut di daratan Eropa. Sampai saat itu, kebijakan luar dan dalam negerinya bertujuan mencapai Lebensraum ("ruang hidup") bagi kaum Jermanik. Ia memerintahkan Jerman dipersenjatai kembali dan Wehrmacht menginvasi Polandia pada bulan September 1939, menyebabkan pecahnya Perang Dunia II di Eropa. Di bawah pemerintahan Hitler, pada tahun 1941 pasukan Jerman dan sekutu Eropanya menduduki sebagian besar Eropa dan Afrika Utara. Tahun 1943, Jerman terpaksa bertahan diri dan mengalami serangkaian kekalahan dalam pertempuran. Pada hari-hari terakhir perang, saat Pertempuran Berlin berlangsung tahun 1945, Hitler menikahi kekasih lamanya, Eva Braun. Tanggal 30 April 1945, kurang dari dua hari kemudian, keduanya bunuh diri agar tidak ditangkap Angkatan Darat Merah, lalu mayat mereka dibakar.
Kebijakan Hitler yang supremasis dan termotivasi oleh ras mengakibatkan kematian sekitar 50 juta orang selama Perang Dunia II, termasuk 6 juta kaum Yahudi dan 5 juta etnis "non-Arya" yang pemusnahan sistematisnya diperintahkan oleh Hitler dan rekan-rekan terdekatnya.

Daftar isi

Tahun-tahun pertama

Nenek moyang

Ayah Hitler, Alois Hitler (1837–1903), adalah anak tidak sah dari Maria Anna Schicklgruber. Catatan baptis tidak menyebutkan nama ayah Alois, sehingga Alois memakai nama belakang ibunya. Pada tahun 1842, Johann Georg Hiedler menikahi Anna. Setelah Anna meninggal dunia tahun 1847 dan Johann tahun 1856, Alois dibesarkan di keluarga adik Hiedler, Johann Nepomuk Hiedler.[2] Pada tahun 1876, Alois disahkan dan catatan baptisnya diubah oleh seorang pendeta di hadapan tiga saksi mata.[3] Saat diadili di Nuremberg tahun 1945, pejabat Nazi Hans Frank menyebut keberadaan surat-surat yang mengklaim bahwa ibu Alois bekerja sebagai pembantu rumah tanga untuk sebuah keluarga Yahudi di Graz dan bahwa putra keluarga tersebut yang berusia 19 tahun, Leopold Frankenberger, merupakan ayah Alois.[4] Akan tetapi, tidak ada nama Frankenberger yang tercatat di Graz pada masa itu dan catatan keluarga Leopold Frankenberger tidak pernah dibuat.[5] Para sejarawan meragukan klaim bahwa ayah Alois adalah seorang Yahudi.[6][7]
Pada usia 39 tahun, Alois memilih nama belakang "Hitler", bisa dieja "Hiedler", "Hüttler", atau "Huettler". Asal kata namanya adalah "seseorang yang tinggal di rumah" (Jerman Standar Hütte), "penggembala" (Jerman Standar hüten "menjaga", Inggris "heed"), atau dari bahasa Slavik Hidlar dan Hidlarcek.[8]

Masa kanak-kanak dan pendidikan

Adolf Hitler saat masih bayi (c. 1889–1890)
Adolf Hitler lahir tanggal 20 April 1889 di Gasthof zum Pommer, sebuah penginapan di Salzburger Vorstadt 15, Braunau am Inn, Austria-Hongaria.[9] Ia adalah anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Alois Hitler dan Klara Pölzl (1860–1907). Abang dan kakak Hitler – Gustav, Ida, dan Otto – meninggal saat masih bayi.[10] Saat Hitler berusia tiga tahun, keluarga mereka pindah ke Passau, Jerman.[11] Di sana ia mempelajari dialek Bayern Hilir, bukannya bahasa Jerman Austria, yang menjadi ciri khas gaya bicaranya seumur hidup.[12][13][14] Tahun 1894, keluarga mereka pindah lagi ke Leonding (dekat Linz), dan pada Juni 1895, Alois menetap di sebuah lahan kecil di Hafeld, dekat Lambach, tempat ia bertani dan beternak lebah. Adolf bersekolah di kota tetangga, Fischlham. Hitler mulai suka mempelajari perang setelah menemukan buku bergambar tentang Perang Perancis-Prusia milik ayahnya.[15][16]
Perpindahan mereka ke Hafeld merupakan awal dari konflik ayah-anak yang intens akibat Adolf menolak mematuhi peraturan ketat di sekolahnya.[17] Usaha pertanian Alois Hitler di Hafeld gagal dan pada tahun 1897 mereka pindah ke Lambach. Hitler yang masih berusia 8 tahun mengikuti les menyanyi, bernyanyi dengan paduan suara gereja, dan bahkan semapt mempertimbangkan diri untuk menjadi pendeta.[18] Tahun 1898, keluarga mereka pindah permanen ke Leonding. Kematian adiknya, Edmund, akibat cacar pada 2 Februari 1900 sangat mempengaruhi kehidupan Hitler. Ia berubah dari sosok yang percaya diri, mudah bergaul, dan pintar, menjadi bocah yang murung, menarik diri, dan cemberut yang sering bertengkar dengan ayah dan gurunya.[19]
Ibu Hitler, Klara
Alois memiliki karier yang sukses di biro bea cukai dan ingin anaknya mengikuti jejaknya.[20] Hitler kemudian mendramatisir sebuah peristiwa ketika ayah Hitler membawanya berkunjung ke kantor bea cukai, menyebutnya sebagai peristiwa yang membangkitkan antagonisme tanpa ampun antara ayah dan anak, yang keduanya sama-sama berkeinginan kuat.[21][22][23] Mengabaikan keinginan putranya untuk masuk SMA klasik dan menjadi seorang seniman, Alois mengirim Adolf ke Realschule di Linz pada bulan September 1900.[24] (Ini adalah SMA yang sama yang kelak dimasuki Adolf Eichmann 17 tahun kemudian.)[25] Hitler menolak keputusan ini, dan dalam buku Mein Kampf, Hitler mengungkapkan bahwa ia berprestasi buruk di sekolah, sambil berharap bahwa setelah ayahnya melihat "kemajuan kecil yang aku buat di sekolah teknik, ia akan membiarkanku mengejar mimpiku."[26]
Hitler terobsesi dengan nasionalisme Jerman sejak masih muda.[27] Ia menunjukkan kesetiaannya terhadap Jerman, membenci monarki Habsburg yang semakin kacau dan pemerintahannya di kekaisaran yang dihuni berbagai etnis.[28][29] Hitler dan teman-temannya memakai kata sambutan Jerman "Heil", dan menyanyikan lagu kebangsaan Jerman "Deutschland Über Alles" alih-alih lagu kebangsaan Kekaisaran Austria.[30]
Setelah kematian mendadak Alois tanggal 3 Januari 1903, prestasi Hitler di sekolah memburuk. Ibunya mengizinkan Hitler berhenti sekolah pada musim gugur 1905.[31] Ia bersekolah di Realschule di Steyr pada September 1904; perilaku dan prestasinya membaik.[32] Pada musim gugur 1905, setelah lulus ujian susulan dan ujian akhir, Hitler berhenti sekolah tanpa keinginan apapun untuk melanjutkan sekolah atau membina karier.[33]

Masa remaja di Wina dan Munich

Rumah di Leonding tempat Hitler menghabiskan masa remaja awalnya (c.1984)
Sejak 1905, Hitler menjalani kehidupan bohemia di Wina yang didanai oleh tunjangan anak yatim dan bantuan dari ibunya. Ia bekerja sebagai buruh biasa, lalu seorang pelukis yang menjual lukisan cat air. Akademi Seni Rupa Wina dua kali menolak Hitler, yaitu tahun 1907 dan 1908, dikarenakan "tidak cocok melukis". Direktur akademi menyarankan agar Hitler mempelajari arsitektur,[34] namun ia tidak memenuhi persyaratan akademik.[35] Pada tanggal 21 Desember 1907, ibunya meninggal dunia pada usia 47 tahun. Setelah ditolak Akademi untuk kedua kalinya, Hitler kehabisan uang. Tahun 1909, ia tinggal di tempat penampungan tunawisma, dan pada tahun 1910, ia menetap di sebuah rumah pekerja miskin di Meldemannstraße.[36] Saat Hitler tinggla di sana, Wina adalah tempat penuh prasangka agama dan rasisme.[37] Kekhawatiran bahwa Wina akan dipenuhi imigran dari Timur meluas, dan walikotanya yang populis, Karl Lueger, mengeksploitasi retorika antisemitisme untuk kepentingan politiknya. Antisemitisme pan-Jermanik Georg Schönerer mendapat dukungan kuat di distrik Mariahilf, tempat Hitler tinggal.[38] Hitler membaca koran-koran setempat, seperti Deutsches Volksblatt, yang mengompori prasangka dan membakar ketakutan umat Kristen yang khawatir akan terusir oleh membanjirnya pendatang Yahudi dari timur.[39] Menolak apa yang disebutnya sebagai "Jermanofobia" Katolik, ia mulai menyukai Martin Luther.[40]
The Alter Hof in Munich. Lukisan cat air karya Adolf Hitler, 1914
Asal usul dan kapan Hitler menunjukkan antisemitismenya sulit dilacak.[41] Hitler menyebutkan dalam Mein Kampf bahwa berubah menjadi seorang antisemit di Wina.[42] Sahabatnya, August Kubizek, mengaku bahwa Hilter adalah seorang "antisemit resmi" sebelum meninggalkan Linz.[43] Kesaksian Kubizek ditantang oleh sejarawan Brigitte Hamann, yang menulis bahwa Kubizek adalah satu-satunya orang yang mengatakan bahwa Hitler muda adalah seorang antisemit.[44] Hamann juga menulis bahwa belum ada pernyataan antisemit yang keluar dari mulut Hitler pada masa itu.[45] Sejarawan Ian Kershaw berpendapat bahwa jika Hitler pernah berkata seperti itu, perkataannya tidak diketahui karena antisemitisme di Wina sudah biasa pada saat itu.[46] Sejumlah sumber memberikan bukti kuat bahwa Hitler memiliki teman-teman Yahudi di penginapannya dan tempat-tempat lain di Wina.[47][48] Sejarawan Richard J. Evans menyatakan bahwa "para sejarawan sekarang setuju bahwa anti-Semitismenya yang terkenal baru muncul setelah kekalahan Jerman [dalam Perang Dunia I], sebagai efek samping dari jawaban paranoid 'pengkhianatan' terhadap peristiwa ini".[49]
Hitler mewarisi bagian terakhir dari harta ayahnya pada bulan Mei 1913 dan pindah ke Munich.[50] Para sejarawan yakin ia keluar dari Wina untuk menghindari wajib militer ke Angkatan Darat Austria.[51] Hitler kemudian mengklaim bahwa ia tidak mau berdinas di Kekaisaran Habsburg karena percampuran "ras" di dalam tubuh AD.[50] Setelah ia dinyatakan tidak cocok berdinas—karena gagal tes fisik di Salzburg tanggal 5 Februari 1914—ia pulang ke Munich.[52]

Perang Dunia I

Saat Perang Dunia I pecah, Hitler adalah penduduk kota Munich dan dengan sukarela berdinas di Angkatan Darat Bayern sebagai warga negara Austria.[53] Ditempatkan di Resimen Infanteri Cadangan Bayern 16 (Kelompok Resimen ke-1),[54][53] Hitler berperan sebagai pengirim berita di Front Barat di Perancis dan Belgia,[55] menghabiskan nyaris separuh waktunya di belakang garis depan.[56][57] Ia terlibat dalam Pertempuran Ypres Pertama, Pertempuran Somme, Pertempuran Arras, dan Pertempuran Passchendaele, dan sempat terluka di Somme.[58]
Hitler bersama rekan tentaranya dari Resimen Infanteri Cadangan Bayern 16 (c. 1914–1918)
Ia diberi penghargaan Iron Cross, Second Class, pada tahun 1914 atas keberaniannya.[58] Karena disarankan Hugo Gutmann, Hitler menerima Iron Cross, First Class, pada tanggal 4 Agustus 1918,[59] sebuah penghargaan yang jarang disematkan pada seseorang berpangkat seperti Hitler (Gefreiter). Pekerjaan Hitler di kantor pusat resimen, yaitu berinteraksi penuh dengan perwira senior, mungkin membantu dirinya mendapatkan penghargaan ini.[60] Meski aksinya dianggap berani, namun tetap tidak dapat disebut sangat terpuji.[61] Hitler juga menerima Black Wound Badge pada 18 Mei 1918.[62]
Selama berdinas di kantor pusat, Hitler mengembangkan bakat seninya dengan menggambar kartun dan instruksi untuk surat kabar angkatan darat. Pada Pertempuran Somme bulan Oktober 1916, ia terluka di bagian paha[63] atau betis kiri oleh granat yang meledak di parit pengirim berita.[64] Hitler menghabiskan hampir dua bulan di rumah sakit Palang Merah di Beelitz, lalu kembali ke resimennya pada 5 Maret 1917.[65] Pada 15 Oktober 1918, Hitler buta sementara akibat serangan gas mustar dan terpaksa diinapkan di rumah sakit Pasewalk.[66] Di sana, Hitler mengetahui kekalahan Jerman,[67] dan setelah mendapatkan berita tersebut, ia mengaku buta kembali.[68]
Adolf Hitler menjadi tentara pada Perang Dunia Pertama (1914–1918)
Hitler menjadi jengkel karena upaya perang Jerman gagal dan karena itu pula perkembangan ideologinya perlahan terbentuk.[69] Ia menyebut Perang Dunia I sebagai "pengalaman terhebat seumur hidup" dan ia dipuji oleh para komandannya atas keberaniannya.[70] Pengalaman ini memperkuat patriotismenya terhadap Jerman dan ia terkejut oleh penyerahan diri Jerman pada bulan November 1918.[71] Seperti para nasionalis Jerman lainnya, ia percaya terhadap Dolchstoßlegende (legenda pengkhianatan) yang mengklaim bahwa Angkatan Darat Jerman yang "tak terkalahkan di lapangan" telah "ditusuk dari belakang" di front dalam negeri oleh para pemimpin warga sipil dan kaum Marxis, yang kemudian dijuluki "para kriminal November".[72]
Perjanjian Versailles menekankan bahwa Jerman harus mengembalikan sejumlah wilayah yang diduduki dan mendemiliterisasi Rhineland. Perjanjian ini memberlakukan sanksi ekonomi dan reparasi berat terhadap Jerman. Banyak warga Jerman memandang perjanjian ini—khususnya Artikel 231 yang menyebut Jerman bertanggung jawab atas semua akibat perang—sebagai suatu upaya mempermalukan Jerman.[73] Perjanjian Versailles dan kondisi ekonomi, sosial, dan politik di Jerman pascaperang kemudian dieksploitasi oleh Hitler untuk kepentingan politiknya.[74]

Kancah politik

Setelah Perang Dunia I, Hitler pulang ke Munich.[75] Tanpa pendidikan formal dan prospek karier, ia mencoba bertahan di AD selama mungkin.[76] Pada Juli 1919, ia ditunjuk sebagai Verbindungsmann (agen intelijen) untuk sebuah Aufklärungskommando (komando mata-mata) milik Reichswehr untuk mempengaruhi tentara lain dan menyusup ke Partai Pekerja Jerman (DAP). Saat mengawasi aktivitas DAP, Hitler tertarik pada pemikiran sang pendiri partai, Anton Drexler, yang antisemit, nasionalis, anti-kapitalis, dan anti-Marxis.[77] Drexler menyukai pemerintahan aktif yang kuat, versi sosialisme non-Yahudi, dan solidaritas kalangan masyarakat. Terpukau oleh kemampuan pidato Hitler, Drexler mengundangnya untuk bergabung dengan DAP. Hitler menerima tawaran tersebut pada 12 September 1919[78] dan menjadi anggota partai ke-55.[79]
Salinan kartu keanggotaan Partai Pekerja Jerman (DAP) Adolf Hitler
Di DAP, Hitler bertemu dengan Dietrich Eckart, salah seorang pendiri partai dan anggota kelompok rahasia Thule Society.[80] Eckart menjadi guru Hitler, sempat bertukar pikiran dengannya dan memperkenalkannya dengan berbagai macam tokoh masyarakat Munich.[81] Demi meningkatkan daya tariknya, DAP mengubah namanya menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional – NSDAP).[82] Hitler merancang bendera swastika di dalam lingkaran putih berlatar belakang merah untuk partai ini.[83]
Hitler keluar dari AD pada Maret 1920 dan mulai bekerja purnawaktu untuk NSDAP. Pada Februari 1921—saat sudah cakap berpidato di hadapan kerumunan besar—ia berpidato di hadapan 6.000 orang di Munich.[84] Untuk mempublikasikan pertemuan tersebut, dua truk pendukung partai berkeliling kota sambil mengibarkan bendera swastika dan menyebar brosur. Popularitas Hitler segera naik gara-gara pidato polemiknya yang kasar terhadap Perjanjian Versailles, pesaing politik, dan kaum Marxis dan Yahudi.[85] Pada waktu itu, NSDAP berkantor pusat di Munich, lahan subur bagi kaum nasionalis Jerman anti-pemerintah yang ingin menghancurkan Marxisme dan melecehkan Republik Weimar.[86]
Pada bulan Juni 1921, saat Hitler dan Eckart sedang dalam perjalanan penggalangan dana ke Berlin, sebuah pemberontakan terjadi di dalam tubuh NSDAP di Munich. Sejumlah anggota komite eksekutif, beberapa di antaranya menganggap Hitler terlalu sombong, ingin bergabung dengan pesaing mereka, Partai Sosialis Jerman (DSP).[87] Hitler pulang ke Munich tanggal 11 Juli dan mempertegas pengunduran dirinya. Anggota komite kemudian menyadari pengunduran diri Hitler berarti partai bubar.[88] Hitler mengumumkan akan bergabung kembali dengan syarat ia menggantikan Drexler sebagai ketua partai dan kantor pusat partai harus tetap berada di Munich.[89] Komite setuju; Hitler bergabung kembali dengan partai sebagai anggota ke-3.680. Ia masih mendapat sejumlah pertentangan di internal NSDAP: Hermann Esser dan sekutunya menerbitkan 3.000 pamflet yang menyerang Hitler sebagai pengkhianat partai.[89][a] Pada hari-hari berikutnya, Hitler berbicara di hadapan kerumunan mempertahankan dirinya dan mendapat sambutan luar biasa. Strateginya terbukti berhasil: pada rapat anggota umum, ia diberi kekuasaan absolut sebagai ketua partai dengan satu suara menentang.[90]
Pidato Hitler yang bersemangat di aula bir mulai menarik para pendengar setia. Ia mulai terbiasa memakai tema populis yang ditargetkan pada pendengarnya, termasuk pemakaian kambing hitam yang bisa disalahkan atas kesulitan ekonomi para pendengarnya.[91][92][93] Sejarawan mencatat dampak hipnotis dari kata-katanya terhadap kerumunan besar, dan matanya terhadap kerumunan kecil. Kessel menulis, "Dengan luar biasa ... warga Jerman berbicara dengan mistifikasi pesona 'hipnotis' Hitler. Kata itu muncul lagi dan lagi; Hitler dikatakan berhasil memukau bangsa ini, membawa mereka ke dalam keadaan trans di mana mereka tidak bisa melepaskan diri."[94] Sejarawan Hugh Trevor-Roper mendeskripsikan "pesona pandangannya yang menyihir banyak orang yang masih waras."[95] Ia memakai magnetisme pribadinya dan pemahaman terhadap psikologi kerumunan untuk mendapat keunggulan saat berpidato di hadapan publik.[96][97] Alfons Heck, mantan anggota Pemuda Hitler, mendeskripsikan reaksi terhadap pidato Hitler: "Kami terbakar dengan kebanggaan nasionalis yang sudah mencapai tingkat histeria. Pada menit-menit terakhir, kami berteriak sekencang mungkin dengan derai air mata: Sieg Heil, Sieg Heil, Sieg Heil! Sejak saat itu, diri saya adalah milik tubuh dan jiwa Adolf Hitler".[98] Meski kemampuan pidato dan kepribadiannya dapat diterima secara baik oleh kerumunan besar dan acara-acara resmi, sejumlah orang yang pernah bertemu Hitler secara pribadi mengatkan bahwa penampilan dan perilakunya gagal memberi pesona yang bertahan lama.[99][100]
Para pengikut pertamanya meliputi Rudolf Hess, mantan pilot AU Hermann Göring, dan kapten AD Ernst Röhm. Röhm menjadi kepala organisasi paramiliter Nazi, Sturmabteilung (SA, "Tentara Penyerbu"), yang bertugas melindungi rapat dan sering menyerang pesaing politik. Pengaruh kritis terhadap pemikirannya pada masa itu adalah Aufbau Vereinigung,[101] sebuah kelompok konspirasi para pengungsi Rusia Putih dan Sosialis Nasional awal. Kelompok yang didanai sejumlah tokoh industrialis kaya seperti Henry Ford ini memperkenalkan Hitler dengan ide konspirasi Yahudi yang mengaitkan keuangan internasional dengan Bolshevisme.[102]

Bierkeller Putsch

Gambar wajah Hitler (30 Oktober 1923)
Hitler meminta bantuan Jenderal Perang Dunia I Erich Ludendorff untuk melakukan kudeta bernama "Bierkeller Putsch". Partai Nazi memakai Fasisme Italia sebagai model penampilan dan kebijakan mereka. Hitler ingin meniru "Pawai di Roma"-nya Benito Mussolini (1922) dengan membuat kudetanya sendiri di Bayern, lalu diikuti dengan melawan pemerintahan di Berlin. Hitler dan Ludendorff mencari dukungan Staatskommissar (komisaris negara) Gustav von Kahr, pemimpin de facto Bayern. Namun Kahr dan Kepala Polisi Hans Ritter von Seisser (Seißer) dan Jenderal Reichswehr Otto von Lossow ingin mendirikan kediktatoran nasionalis tanpa keterlibatan Hitler.[103]
Hitler hendak merengkuh momen kritis ini demi meraih dukungan luas dari rakyat.[104] Pada tanggal 8 November 1923, ia dan SA menyerbu rapat umum 3.000 orang yang diselenggarakan Kahr di Bürgerbräukeller, sebuah aula bir besar di Munich. Hitler menyerobot pidato Kahr dan mengumumkan bahwa revolusi nasional telah dimulai dan mendeklarasikan pembentukan pemerintahan baru bersama Ludendorff.[105] Mundur ke ruang belakang, Hitler, dengan pistol genggamnya, menuntut dan mendapat dukungan Kahr, Seisser, dan Lossow.[105] Pasukan Hitler awalnya berhasil menduduki Reichswehr dan markas polisi setempat; sayangnya, Kahr dan rekan-rekannya menarik dukungan mereka dan baik AD maupun polisi negara tidak bergabung dengan Hitler.[106] Keesokan harinya, Hitler dan para pengikutnya berpawai dari aula bir ke Kementerian Perang Bayern untuk menggulingkan pemerintahan Bayern, tetapi berhasil dibubarkan polisi.[107] 16 anggota NSDAP dan 4 polisi tewas dalam kudeta gagal ini.[108]
Hitler kabur ke rumah Ernst Hanfstaengl dan menurut sejumlah orang ia sempat mempertimbangkan bunuh diri.[109] Ia depresi namun tenang saat ditahan tanggal 11 November 1923 akibat pengkhianatan tingkat tinggi.[110] Pengadilannya dimulai bulan Februari 1924 di hadapan Pengadilan Rakyat istimewa di Munich,[111] dan Alfred Rosenberg menjadi ketua sementara NSDAP. Pada tanggal 1 April, Hitler dihukum lima tahun penjara di Penjara Landsberg.[112] Ia ditangani secara baik oleh para penjaga; ia diizinkan menerima surat dari para pendukungnya dan kunjungan rutin oleh rekan-rekan partai. Mahkamah Agung Bayern mengeluarkan pengampunan dan Hitler dibebaskan dari penjara pada tanggal 20 Desember 1924, bertentangan dengan keberatan jaksa negara.[113] Jika dihitung secara keseluruhan, Hitler hanya mendekam selama satu tahun lebih di penjara.[114]
Sampul debu Mein Kampf (1926–1927)
Di Landsberg, Hitler mendiktekan sebagian besar volume pertama Mein Kampf (Perjuanganku; awalnya berjudul Empat Setengah Tahun Perjuangan Melawan Kebohongan, Kebodohan, dan Kepengecutan) kepada wakilnya, Rudolf Hess.[114] Buku tersebut, didedikasikan kepada anggota Thule Society Dietrich Eckart, adalah sebuah otobiografi sekaligus pemaparan ideologinya. Mein Kampf dipengaruhi oleh The Passing of the Great Race karya Madison Grant, yang Hitler anggap "Injilku".[115] Buku tersebut menjadi dasar rencana Hitler untuk mengubah masyarakat Jerman menjadi satu berdasarkan ras. Sejumlah kalimat di dalamnya menekankan genosida.[116] Diterbitkan dalam dua volume tahun 1925 dan 1926, buku ini terjual sebanyak 228.000 eksemplar antara 1925 dan 1932. Satu juga eksemplar terjual pada 1933, tahun pertama Hitler menjabat. [117]

Membangun kembali NSDAP

Hitler (kiri), berdiri di belakang Hermann Göring pada rapat Nazi di Nuremberg (c. 1928)
Setelah Hitler dibebaskan dari penjara, politik di Jerman sudah kurang bersaing dan ekonomi membaik, sehingga membatasi kesempatan Hitler memenuhi tujuan politiknya. Akibat Bierkeller Putsch yang gagal tersebut, NSDAP dan organisasi terkait dilarang berdiri di Bayern. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Bayern Heinrich Held tanggal 4 Januari 1925, Hitler setuju menghormati kewenangan negara: ia hanya akan mengejar kekuasaan politik melalui proses demokratis. Pertemuan ini berhasil mencabut larangan terhadap NSDAP.[118] Akan tetapi, Hitler dilarang berpidato di hadapan publik, [119] sebuah larangan yang tetap berlaku sampai 1927.[120] Untuk memajukan ambisi politiknya meski dilarang, Hitler menunjuk Gregor Strasser, Otto Strasser, dan Joseph Goebbels untuk mendirikan dan mengembangkan NSDAP di Jerman utara. Seorang strategiwan berbakat, Gregor Strasser, membuat jalur politik yang lebih independen dengan menekankan elemen sosialis dari program partai ini.[121]
Bursa saham di Amerika Serikat jatuh pada tanggal 24 Oktober 1929. Dampaknya di Jerman begitu parah: jutaan orang di-PHK dan sejumlah bank besar bangkrut. Hitler dan NSDAP bersiap untuk memanfaatkan peristiwa ini demi mendulang dukungan bagi partai mereka. Mereka berjanji menghapus Perjanjian Versailles, memperkuat ekonomi, dan menyediakan lapangan kerja.[122]

Masa pemerintahan

Hasil pemilu Partai Nazi[123]
Pemilu Total suara  % suara Kursi Reichstag Catatan
Mei 1924 1.918.300 65 32 Hitler dipenjara
Desember 1924 907.300 30 14 Hitler bebas
1928 810.100 26 12  
1930 6.409.600 183 107 Setelah krisis keuangan
1932 13.745.000 373 230 Setelah Hitler dicalonkan jadi presiden
1932 11.737.000 331 196  
1933 17.277.180 439 288 Hitler saat menjadi Kanselir Jerman

Pemerintahan Brüning

Hitler dan bendahara NSDAP Franz Xaver Schwarz pada acara renovasi Palais Barlow di Brienner Straße di Munich di dalam kantor pusat Brown House, Desember 1930
Depresi Besar di Jerman memberi kesempatan politik bagi Hitler. Penduduk Jerman setengah mendukung setengah menentang republik parlementer, yang menghadapi tekanan besar dari kaum ekstremis sayap kanan dan kiri. Partai politik moderat tidak mampu membendung gelombang ekstremisme, dan referendum Jerman 1929 berhasil membawa ideologi Nazi ke permukaan.[124] Pemilihan umum September 1930 berakhir dengan terpecahnya koalisi besar dan digantikan oleh kabinet minoritas. Ketuanya, kanselir Heinrich Brüning dari Partai Tengah, memerintah menggunakan dekrit darurat dari presiden Paul von Hindenburg. Pemerintahaan menggunakan dekrit akan menjadi norma baru dan membuka jalan bagi pemerintahan otoriter.[125] NSDAP bangkit dari ketidakjelasan menjadi pemenang 18,3% suara dan 107 kursi parlemen dalam pemilu tahun 1930, menjadikannya partai terbesar kedua di parlemen.[126]
Hitler hadir pada pengadilan dua perwira Reichswehr, Letnan Richard Scheringer dan Hans Ludin, pada musim gugur 1930. Keduanya dituduh memiliki keanggotaan di NSDAP yang pada waktu itu tidak diperbolehkan untuk personil Reichswehr.[127] Hakim berpendapat bahwa NSDAP adalah partai ekstremis, sehingga pengacara terdakwa Hans Frank terpaksa memanggil Hitler untuk bersaksi di pengadilan.[128] Pada tanggal 25 September 1930 Hitler bersaksi bahwa partainya hanya mengejar kekuasaan politik melalui pemilihan umum yang dmeokratis,[129] sebuah kesaksian yang memberinya dukungan dari korps Reichswehr.[130]
Tindakan Brüning yang keras membawa sedikit perbaikan terhadap ekonomi dan sangat tidak merakyat.[131] Hitler memanfaatkannya dengan menargetkan pesan-pesan politiknya khusus kepada orang-orang yang terkena dampak inflasi 1920-an dan Depresi Besar, seperti petani, veteran perang, dan kelas menengah.[132]
Hitler secara resmi melepaskan kewarganegaraan Austrianya pada 7 April 1925, tetapi belum memperoleh kewarganegaraan Jerman. Nyaris selama 7 tahun ia adalah orang tanpa negara, tidak bisa menduduki jabatan publik, dan terancam dideportasi.[133] Pada tanggal 25 Februari 1932, menteri dalam negeri Brunswick, anggota NSDAP juga, menunjuk Hitler sebagai pengurus delegasi negara untuk Reichsrat di Berlin. Karena itu pula, Hitler otomatis menjadi warga negara Brunswick,[134] sekaligus Jerman.[135]
Tahun 1932, Hitler berkampanye melawan von Hindenburg dalam pemilu presiden. Kelangsungan pencalonannya ditegaskan oleh pidato tanggal 27 Januari 1932 di Industry Club di Düsseldorf, yang memberinya dukungan dari sebagian besar industrialis paling berpengaruh di Jerman.[136] Namun Hindenburg sudah didukung oleh berbagai partai nasionalis, monarkis, Katolik, dan republikan, dan sejumlah kaum demokrat sosial. Hitler memakai slogan kampanye "Hitler über Deutschland" ("Hitler di atas Jerman"), merujuk pada ambisi politik sekaligus kampanyenya yang menggunakan pesawat terbang.[137] Hitler menempati peringkat kedua di dua putaran pemilu dengan lebih dari 35% suara pada pemilu terakhir. Meski ia kalah, pemilihan umum ini menjadikan Hitler kekuatan dalam perpolitikan Jerman.[138]

Penunjukan sebagai kanselir

Ketiadaan pemerintahan yang efektif memaksa dua politikus berpengaruh, Franz von Papen dan Alfred Hugenberg, bersama sejumlah industrialis dan pebisnis lainnya, menyurati von Hindenburg. Para penandatangan memaksa Hindenburg menunjuk Hitler sebagai kepala pemerintahan "bebas dari partai parlemen", yang akan berubah menjadi gerakan yang mampu "memukau jutaan orang".[139][140]
Hitler, di jendela Reichskanzlei, menerima sambutan pada malam pelantikannya sebagai kanselir, 30 Januari 1933
Hindenburg dengan setengah hati setuju menunjuk Hitler sebagai kanselir setelah dua pemilihan umum parlemen—bulan Juli dan November 1932—tidak menghasilkan pembentukan pemerintahan mayoritas. Hitler akan memimpin pemerintahan koalisi berusia pendek yang dibentuk oleh NSDAP dan partai Hugenberg, yaitu Partai Rakyat Nasional Jerman (DNVP). Pada 30 Januari 1933, kabinet baru disumpah dalam upacara singkat di kantor Hindenburg. NSDAP memperoleh tiga jabatan penting, Hitler menjadi Kanselir, Wilhelm Frick Menteri Dalam Negeri, dan Hermann Göring Menteri Dalam Negeri untuk Prusia.[141] Hitler sebelumnya menuntut jabatan menteri sebagai upaya mengendalikan polisi di sebagian besar wilayah Jerman.[142]

Kebakaran Reichstag dan pemilu Maret

Sebagai kanselir, Hitler berupaya melawan balik tindakan-tindakan para pesaing NSDAP untuk membuat pemerintahan mayoritas. Karena kebuntuan politik, ia meminta Presiden Hindenburg membubarkan Reichstag lagi dan menjadwalkan pemilu pada awal Maret. Pada 27 Februari 1933, gedung Reichstag terbakar. Göring menyebut hal ini sebagai plot komunis, karena seorang komunis Belanda Marinus van der Lubbe terbukti memperburuk keadaan di dalam gedung yang terbakar itu.[143] Atas permintaan Hitler, Hindenburg menanggapinya dengan mengeluarkan Dekrit Kebakaran Reichstag tanggal 28 Februari, yang menghapus hak-hak dasar dan mengizinkan penahanan tanpa diadili terlebih dahulu. Aktivitas Partai Komunis Jerman ditekan dan sekitar 4.000 anggota partai komunis ditahan.[144] Para peneliti, termasuk William L. Shirer Alan Bullock, berpendapat bahwa NSDAP sendiri yang memulai kebakaran tersebut.[145][146]
Selain kampanye politik, NSDAP terlibat dalam kekerasan paramiliter dan penyebaran propaganda anti-komunis beberapa hari menjelang pemilu. Pada hari-H, 6 Maret 1933, jumlah suara NSDAP meningkat menjadi 43,9% dan partai ini memperoleh jumlah kursi terbanyak di parlemen. Akan tetapi, partai Hitler gagal mengamankan mayoritas absolut, sehingga mereka harus berkoalisi dengan DNVP.[147]

Hari Potsdam dan UU Pengaktifan

Tanggal 21 Maret 1933, Reichstag baru dibentuk melalui upacara pembukaan di Gereja Garnisun di Potsdam. "Hari Potsdam" ini diadakan untuk menunjukkan persatuan antara gerakan Nazi dan kaum elit dan militer Prusia lama. Hitler tampil dengan mantel pagi dan dengan ramah menyambut Presiden von Hindenburg.[148][149]
Paul von Hindenburg dan Adolf Hitler pada Hari Potsdam, 21 Maret 1933
Demi mencapai kendali politik penuh meski gagal memeroleh mayoritas absolut di parlemen, pemerintahan Hitler meminta rancangan Ermächtigungsgesetz (Undang-Undang Pengaktifan) untuk menjalani pemungutan suara di Reichstag yang baru terbentuk ini. RUU ini memberikan kabinet Hitler kekuasaan legislatif penuh selama empat tahun dan (dengan sejumlah pengecualian) mengizinkan penyimpangan dari konstitusi.[150] RUU tersebut membutuhkan mayoritas dua per tiga agar bisa disahkan. Tanpa menyiakan kesempatan, Nazi memakai persyaratan Dekrit Kebakaran Reichstag untuk mencegah sejumlah deputi Demokrat Sosial hadir; Partai Komunis resmi dilarang.[151]
Pada 23 Maret, Reichstag bersidang di Kroll Opera House di bawah suasana yang kacau balau. Sejumlah anggota SA menjadi penjaga di dalam gedung, sementara kerumunan besar di luar yang menentang RUU meneriakkan slogan dan ancaman terhadap anggota parlemen yang baru datang.[152] Posisi Partai Tengah, partai terbesar ketiga di Reichstag, adalah mutlak. Setelah Hitler berjanji langsung kepada ketua partai Ludwig Kaas bahwa Presiden von Hindenburg akan mempertahankan hak vetonya, Kaas mengumumkan Partai Tengah kan mendukung RUU Pengaktifan. Akhirnya, UU Pengaktifan disahkan dengan suara 441–84; semua partai kecuali Demokrat Sosial memberi suara setuju. UU Pengaktifan, bersama Dekrit Kebakaran Reichstag, mengubah pemerintahan Hitler menjadi kediktatoran de facto yang sah secara hukum.[153]

Penghapusan batasan lain

Meski tampak seperti omong kosong, aku beritahu kalian bahwa gerakan Sosialis Nasional akan berlanjut sampai 1.000 tahun! ... Jangan lupa bagaimana orang-orang menertawakanku 15 tahun yang lalu saat kukatakan bahwa suatu hari aku akan memimpin Jerman. Mereka sekarang tertawa, sama bodohnya, saat aku menyatakan akan terus berkuasa!
—Adolf Hitler kepada seorang koresponden Britania di Berlin, Juni 1934[154]
Setelah berhasil mengendalikan penuh cabang pemerintahan legislatif dan eksekutif, Hitler dan sekutu politiknya mulai menekan oposisi politik yang tersisa secara sistematis. Partai Demokratik Sosial dilarang berdiri dan semua asetnya disita.[155] Saat delegasi serikat dagang berkumpul di Berlin untuk aktivitas May Day, tentara SA merubuhkan kantor-kantor serikat di seluruh Jerman. Pada tanggal 2 Mei 1933, semua serikat dagang terpaksa bubar dan ketua-ketuanya ditahan; beberapa di antaranya dikirim ke kamp konsentrasi.[156] Front Buruh Jerman dibentuk sebagai organisasi yang memayungi semua pekerja, pengurus, dan pemilik perusahaan, sehingga merefleksikan konsep sosialisme nasional dengan semangat Volksgemeinschaft Hitler (komunitas rasial Jerman; secara harafiah berarti "komunitas rakyat").[157]
Pada tahun 1934, Hitler menjadi kepala negara Jerman dengan gelar Führer und Reichskanzler (pemimpin dan kanselir Reich).
Pada akhir Juni, partai-partai lain diintimidasi agar bubar. Dengan bantuan SA, Hitler menekan rekan koalisinya, Hugenberg, supaya mundur. Tanggal 14 Juli 1933, NSDAP dinyatakan sebagai satu-satunya partai politik yang sah di Jerman.[157][155] Tuntutan SA untuk kekuasaan politik dan militer yang lebih besar memunculkan kegelisahan di kalangan pimpinan militer, industri, dan politik. Hitler menanggapinya dengan menghapus seluruh kepemimpinan SA dalam Malam Pisau-Pisau Panjang yang dilancarkan pada 30 Juni sampai 2 Juli 1934.[158] Hitler menargetkan Ernst Röhm dan pimpinan SA lainnya, bersama sejumlah lawan politik Hitler (seperti Gregor Strasser dan mantan kanselir Kurt von Schleicher), yang kemudian dikumpulkan, ditahan, dan ditembak mati.[159] Saat komunitas internasional dan sejumlah masyarakat Jerman terkejut akibat pembunuhan itu, banyak kalangan di Jerman melihat Hitler sedang menegakkan ketertiban.[160]
Tanggal 2 Agustus 1934, Presiden von Hindenburg meninggal dunia. Sehari sebelumnya, kabinet telah mengesahkan "Hukum Jabatan Negara Tertinggi Reich".[161] Hukum ini menyatakan bahwa setelah Hindenburg meninggal dunia, jabatan presiden akan dihapus dan kekuasaannya digabung dengan kekuasaan kanselir. Hitler lantas menjadi kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, dan secara formal diberi nama Führer und Reichskanzler (pemimpin dan kanselir).[162] Hukum ini melanggar Undang-Undang Pengaktifan. Meski mengizinkan Hitler menyimpang dari konstitusi, UU ini secara eksplisit melarangnya menerobos hukum apapun yang berkaitan dengan jabatan presiden. Pada tahun 1932, konstitusi tersebut diamandemen untuk menjadikan presiden Mahkamah Agung, bukan kanselir, sebagai presiden sementara sambil menunggu pemilihan umum baru.[163] Dengan hukum ini, Hitler menghapus alternatif hukum terakhir yang dapat menurunkannya dari tampuk kekuasaan.
Sebagai kepala negara, Hitler menjadi Komandan Tertinggi angkatan bersenjata. Sumpah setia tentara yang biasa diganti menjadi sumpah setia kepada diri Hitler, bukannya jabatan komandan tertinggi atau negara.[164] Pada 19 Agustus, penggabungan kepresidenan dengan kekanseliran disetujui oleh 90% suara dalam sebuah plebisit.[165]
Pada awal 1938, Hitler memakai taktik pemfitnahan untuk mengonsolidasikan kekuasaan militernya dengan mencetuskan Skandal Blomberg–Fritsch. Hitler memaksa Menteri Perang, Marsekal Lapangan Werner von Blomberg mengundurkan diri dengan menunjukkan laporan polisi bahwa istri baru Blomberg pernah terlibat dalam prostitusi.[166][167] Komandan Angkatan Darat Kolonel-Jenderal Werner von Fritsch disingkirkan dengan cara yang sama setelah Schutzstaffel (SS) membuat tuduhan bahwa ia terlibat dalam hubungan homoseksual.[168] Keduanya menjadi sosok yang tidak disukai setelah mereka keberatan terhadpa permintaan Hitler agar Wehrmacht dipersiapkan untuk perang setidaknya tahun 1938.[169] Hitler mengambil alih jabatan Komandan Bertugas Blomberg, sehingga ia bisa mengendalikan angkatan bersenjata secara pribadi. Ia mengganti Kementerian Perang dengan Oberkommando der Wehrmacht (Komando Tinggi Angkatan Bersenjata, atau OKW), dipimpin Jenderal Wilhelm Keitel. Pada hari yang sama, 16 jenderal dipecat dan 44 lainnya dipindahtugaskan; semuanya diduga tidak pro-Nazi. [170] Pada awal Februari 1938, 12 jenderal dipecat.[171]
Setelah mengonsolidasikan kekuatan politiknya, Hitler menekan atau menyingkirkan oposisinya melalui proses Gleichschaltung. Ia berupaya mendapat tambahan dukungan publik dengan berjanji memutarbalikkan dampak Depresi Besar dan Perjanjian Versailles.
Banyak dekrit Hitler didasarkan pada Dekrit Kebakaran Reichstag, sesuai Artikel 48 Konstitusi Weimar. Dekrit ini memberi presiden kekuasaan mengambil tindakan darurat untuk melindungi keselamatan dan ketertiban masyarakat. Karena itu, Hitler bisa berkuasa di bawah darurat militer yang sah. Reichstag dua kali memperbaiki UU Pengaktifan sebagai formalitas karena semua partai selain Nazi dilarang berdiri.[172]

Reich Ketiga

Ekonomi dan budaya

Upacara penghormatan korban meninggal (Totenehrung) di teras depan Aula Kehormatan (Ehrenhalle) di lapangan rapat partai Nazi, Nuremberg, September 1934
Pada bulan Agustus 1934, Hitler menunjuk presiden Reichsbank Hjalmar Schacht sebagai Menteri Ekonomi, dan pada tahun selanjutnya, sebagai Menteri Ekonomi Perang Berkuasa Penuh yang bertugas mempersiapkan ekonomi negara untuk perang.[173] Rekonstruksi dan persenjataan kembali didanai oleh surat Mefo, pencetakan uang, dan penyitaan aset orang-orang yang ditahan sebagai musuh negara, termasuk kaum Yahudi.[174] Pengangguran menurun dari enam juta orang pada tahun 1932 menjadi satu juta orang pada tahun 1936.[175] Hitler mengoperasikan salah satu kampanye perbaikan infrastruktur terbesar sepanjang sejarah Jerman, termasuk pembangunan bendungan, jalan bebas hambatan, rel kereta, dan pekerjaan umum lainnya. Upah agak rendah pada pertengahan sampai akhir 1930-an jika dibandingkan dengan upah pada masa Republik Weimar, sementara biaya hidup naik 25%.[176] Minggu kerja rata-rata bertambah saat peralihan ke ekonomi perang; pada 1939, rata-rata orang Jerman bekerja antara 47 sampai 50 jam seminggu.[177]
Pemerintah Hitler mensponsori arsitektur dalam skala besar. Albert Speer, terkenal karena mengimplementasikan reinterpretasi klasik Hitler terhadpa budaya Jerman, ditugaskan membuat rencana renovasi arsitektur Berlin.[178] Tahun 1936, Hitler membuka Olimpiade Musim Panas di Berlin.

Persenjataan kembali dan aliansi baru

Dalam pertemuan dengan para pemimpin militer Jerman tanggal 3 Februari 1933, Hitler membicarakan "penaklukan untuk memperoleh Lebensraum di Timur dan Jermanisasi-nya yang kejam" sebagai tujuan utama kebijakan luar negerinya.[179] Pada bulan Maret, Pangeran Bernhard Wilhelm von Bülow, sekretaris di Auswärtiges Amt (Kementerian Luar Negeri), mengeluarkan pernyataan berupa tujuan-tujuan utama kebijakan luar negeri: Anschluss dengan Austria, pengembalian perbatasan nasional Jerman tahun 1914, penolakan pembatasan militer Perjanjian Versailles, pengembalian bekas koloni Jerman di Afrika, dan zona pengaruh Jerman di Eropa Timur. Hitler melihat tujuan-tujuan yang dibuat Bülow terlalu sederhana.[180] Dalam beberapa pidato selanjutnya, ia menekankan tujuan damai dari kebijakannya dan kemauan untuk bekerja sama dengan perjanjian internasional.[181] Pada pertemuan pertama Kabinetnya tahun 1933, Hitler memprioritaskan anggaran militer ketimbang pembuatan lapangan kerja.[182]
Pada 25 Oktober 1936, sebuah Poros resmi dibentuk antara Italia dan Jerman.
Jerman keluar dari Liga Bangsa-Bangsa dan Konferensi Pelucutan Senjata Dunia pada Oktober 1933.[183] Bulan Maret 1935, Hitler mengumumkan perluasan Wehrmacht menjadi 600.000 anggota—enam kali lebih besar daripada yang diizinkan Perjanjian Versailles—termasuk pembentukan angkatan udara (Luftwaffe) dan perluasan ukuran angkatan laut (Kriegsmarine). Britania, Perancis, Italia, dan Liga Bangsa-Bangsa mengutuk pelanggaran perjanjian tersebut.[184] Perjanjian Laut Inggris-Jerman (AGNA) tanggal 18 Juni 1935 mengizinkan peningkatan tonase Jerman menjadi 35%-nya AL Britania Raya. Hitler menyebut penandatanganan AGNA sebagai "hari paling membahagiakan dalam hidupnya," percaya bahwa perjanjian tersebut menandakan awal dari aliansi Inggris-Jerman yang ia prediksikan di Mein Kampf.[185] Perancis dan Italia tidak diikutsertakan sebelum penandatanganan, sehingga secara langsung mengabaikan LBB dan menjadikan Perjanjian Versailles tidak berlaku lagi.[186]
Jerman menduduki kembali zona demiliterisasi Rhineland pada bulan Maret 1936, melanggar Perjanjian Versailles. Hitler juga mengirim tentara ke Spanyol untuk membantu Jenderal Franco setelah menerima permintaan bantuan pada bulan Juli 1936. Pada saat yang sama, Hitler melanjutkan upayanya membentuk aliansi Inggris-Jerman.[187] Pada Agustus 1936, menanggapi krisis ekonomi yang semakin besar akibat upaya persenjataan kembali, Hitler meminta Göring memberlakukan Rencana Empat Tahun demi menyiapkan Jerman untuk perang dalam kurun empat tahun selanjutnya.[188] Rencana ini merupakan perjuangan habis-habisan antara "Judeo-Bolshevisme" dan sosialisme nasional Jerman, yang dalam pandangan Hitler membutuhkan upaya persenjataan kembali tanpa memikirkan risiko ekonomi.[189]
Conti Galeazzo Ciano, menteri luar negeri untuk pemerintahan Benito Mussolini, mengumumkan pembentukan aliansi antara Jerman dan Italia, dan pada 25 November, Jerman menandatangani Pakta Anti-Komintern dengan Jepang. Britania, Cina, Italia, dan Polandia juga diundang untuk bergabung dengan Pakta Anti-Komintern, namun hanya Italia yang menandatanganinya pada tahun 1937. Hitler membatalkan rencana aliansi Inggris-Jermannya dan menyalahkan pemerintah Britania yang "tidak pas".[190] Pada pertemuan di Reichskanzlei dengan menteri luar negeri dan pimpinan militernya November itu, Hitler menyatakan kembali keinginannya mengejar Lebensraum untuk bangsa Jerman. Ia memerintahkan persiapan perang di wilayah timur dimulai setidaknya tahun 1938 dan tidak melewati tahun 1943. Menjelang kematiannya, menit-menit konferensi yang direkam sebagai Hossbach Memorandum tersebut dianggap sebagai "pernyataan politik"-nya.[191] Ia merasa penurunan tajam standar hidup di Jerman diakibatkan oleh krisis ekonomi yang hanya bisa dihentikan oleh agresi militer terhadap Austria dan Cekoslowakia.[192][193] Hitler menginginkan aksi cepat sebelum Britania dan Perancis unggul permanen dalam perlombaan senjata.[192] Pada awal 1938, setelah Skandal Blomberg–Fritsch, Hitler mengambil alih kendali instrumen militer-kebijakan luar negeri, memecat Neurath sebagai Menteri Luar Negeri dan menunjuk dirinya sendiri sebagai Oberster Befehlshaber der Wehrmacht (komandan tertinggi angkatan bersenjata).[188] Sejak awal 1938 sampai seterusnya, Hitler menerapkan kebijakan luar negeri dengan tujuan perang.[194]

Perang Dunia II

Kesuksesan diplomatik pertama

Aliansi dengan Jepang

Hitler dan Menteri Luar Negeri Jepang, Yōsuke Matsuoka, pada pertemuan di Berlin bulan Maret 1941. Di belakangnya adalah Joachim von Ribbentrop.
Pada Februari 1938, atas nasihat Menteri Luar Negeri yang baru ditunjuk, Joachim von Ribbentrop yang sangat pro-Jepang, Hitler mengakhiri aliansi Cina-Jerman dengan Republik Cina demi membentuk aliansi dengan Jepang yang lebih modern dan kuat. Hitler mengumumkan pemerintahannya mengakui Manchukuo, negara dudukan Jepang di Manchuria, dan menarik klaim Jerman terhadap bekas koloni mereka di Pasifik yang dimiliki Jepang.[195] Hitler menyatakan berakhirnya pengiriman senjata ke Cina dan memulangkan semua pejabat Jerman yang bekerja di Angkatan Darat Cina.[195] Sebagai tindak balasan, Jenderal Cina Chiang Kai-shek membatalkan semua perjanjian ekonomi Cina-Jerman, sehingga bahan mentah Cina tidak lagi masuk ke Jerman.[196]

Austria dan Cekoslowakia

Pada tanggal 12 Maret 1938, Hitler mengumumkan penyatuan Austria dengan Jerman Nazi dalam program Anschluss.[197][198] Hitler kemudian mengalihkan perhatiannya ke populasi etnis Jerman di distrik Sudetenland di Cekoslowakia.[199]
Tanggal 28–29 Maret 1938, Hitler mengadakan serangkaian pertemuan rahasia di Berlin bersama Konrad Henlein dari Heimfront (Front Dalam Negeri) Sudeten, partai etnis Jerman di Sudetenland. Mereka setuju agar Henlein meminta otonomi yang lebih besar bagi penduduk Jerman Sudeten ke pemerintah Cekoslowakia, sehingga memberi legitimasi atas aksi militer Jerman ke Cekoslowakia. Pada April 1938, Henlein memberitahu menteri luar negeri Hongaria bahwa "apapun yang ditawarkan pemerintah Ceko, ia akan selalu meminta lebih tinggi lagi ... ia ingin menyabotase pemahaman dengan artian apapun karena inilah satu-satunya cara memecah Cekoslowakia dengan cepat".[200] Secara pribadi, Hitler menganggap masalah Sudeten tidak penting; keinginan sebenarnya adalah melancarkan perang penaklukan terhadap Cekoslowakia.[201]
Oktober 1938: Hitler (berdiri di Mercedes) berkendara melalui kerumunan di Cheb (bahasa Jerman: Eger), bagian dari wilayah berpenduduk Jerman Sudetenland di Cekoslowakia, yang dianeksasi ke Jerman Nazi akibat Perjanjian Munich
Pada bulan April, Hitler meminta OKW bersiap-siap untuk Fall Grün ("Kasus Hijau"), kode invasi ke Cekoslowakia.[202] Karena tekanan diplomatik bertubi-tubi dari Perancis dan Britania, pada tanggal 5 September Presiden Cekoslowakia Edvard Beneš meluncurkan "Rencana Keempat" untuk reorganisasi konstitusional negaranya yang menyetujui sebagian besar permintaan Henlein untuk otonomi Sudeten.[203] Heimfront Henlein menanggapi tawaran Beneš dengan serangkaian kerusuhan melawan polisi Cekoslowakia dan berujung pada penerapan darurat militer di sejumlah distrik di Sudeten.[204][205]
Jerman bergantung pada minyak impor; konfrontasi dengan Britania atas sengketa Cekoslowakia akan mengurangi suplai minyak Jerman. Hitler membatalkan Fall Grün yang awalnya direncanakan dilaksanakan tanggal 1 Oktober 1938.[206] Pada 29 September, Hitler, Neville Chamberlain, Édouard Daladier, dan Benito Mussolini mengadakan konferensi satu hari di Munich dan menghasilkan Perjanjian Munich yang berisi penyerahan distrik Sudetenland ke Jerman.[207][208]
Toko-toko Yahudi hancur di Magdeburg pasca-Kristallnacht (November 1938)
Chamberlain puas dengan konferensi Munich dan menyebutnya "perdamaian untuk masa kini", sementara Hitler marah karena kehilangan kesempatan berperang pada tahun 1938;[209][210] ia menyatakan ketidakpuasannya dalam sebuah pidato tanggal 9 Oktober di Saarbrücken.[211] Dalam pandangan Hitler, perdamaian yang dibantu Britania ini, meski memenuhi permintaan Jerman, adalah kekalahan diplomatik yang menggagalkan keinginannya membatasi kekuasaan Britania untuk membuka jalan ekspansi Jerman ke timur.[212][213] Karena pertemuan itu pula Hitler terpilih sebagai Man of the Year versi majalah Time tahun 1938.[214]
Pada akhir 1938 dan awal 1939, krisis ekonomi yang berlanjut akibat persenjataan kembali memaksa Hitler memotong anggaran besar-besaran.[215] Dalam pidato "Ekspor atau mati" tanggal 30 JAnuari 1939, ia meminta serangan ekonomi demi meningkatkan kepemilikan valuta asing Jerman untuk membeli bahan mentah seperti besi berkualitas tinggi untuk senjata-senjata militernya.[215]
Pada tanggal 15 Maret 1939, melanggar Perjanjian Munich dan mungkin akibat krisis ekonomi yang menekankan perlunya aset tambahan,[216] Hitler memerintahkan Wehrmacht menyerbu Praha dan memproklamasikan Bohemia dan Moravia sebagai protektorat Jerman dari Kastil Praha.[217]

Pecahnya Perang Dunia II

Dalam diskusi pribadi tahun 1939, Hitler menyatakan Britania sebagai musuh utama yang perlu dikalahkan dan pemusnahan Polandia adalah prasyarat yang diperlukan demi mencapai tujuan tersebut. Sisi timur akan diamankan dan daratannya dimasukkan dalam Lebensraum Jerman.[218] Tersinggung oleh "jaminan" kemerdekaan Polandia oleh Britania pada 31 Maret 1939, Hitler berkata, "Aku harus membuatkan minuman iblis untuk mereka."[219] Dalam sebuah pidato di Wilhelmshaven pada acara peluncuran kapal perang Tirpitz tanggal 1 April, ia mengancam akan membatalkan Perjanjian Laut Inggris-Jerman jika Britania terus menjamin kemerdekaan Polandia, yang ia pandang sebagai kebijakan "pengepungan".[219] Polandia akan menjadi negara satelit Jerman atau dinetralisasi untuk mengamankan sisi timur Reich dan mencegah kemungkinan blokade Britania.[220] Hitler awalnya memilih ide negara satelit, tetapi karena ditolak pemerintah Polandia, ia memutuskan menginvasi Polandia dan menjadikannya tujuan utama kebijakan luar negerinya tahun 1939.[221] Pada tanggal 3 April, Hitler memerintahkan pihak militer bersiap untuk Fall Weiss ("Kasus Putih"), yaitu rencana penyerbuan ke Polandia tanggal 25 Agustus.[221] Dalam pidato di Reichstag tanggal 28 April, Hitler membatalkan Perjanjian Laut Inggris-Jerman dan Pakta Non-Agresi Jerman–Polandia. Pada bulan Agustus, Hitler memberitahu jenderal-jenderalnya bahwa rencana awalnya untuk tahun 1939 adalah "...membentuk hubungan baik dengan Polandia demi memerangi Barat."[222] Sejumlah sejarawan seperti William Carr, Gerhard Weinberg, dan Ian Kershaw berpendapat bahwa alasan ketergesaan Hitler melancarkan perang adalah ia takut keburu meninggal duluan.[223][224][225]
Hitler di prangko 42 pfennig tahun 1944. Istilah Grossdeutsches Reich (Reich Jerman Raya) pertama dipakai tahun 1943 untuk menyebut wilayah ekspansi Jerman di bawah kekuasaannya.
Hitler khawatir serangan militernya ke Polandia akan menciptakan perang lebih awal terhadap Britania.[220][226] Akan tetapi, menteri luar negeri Hitler—dan mantan Duta Besar untuk London—Joachim von Ribbentrop menjamin bahwa baik Britania maupun Perancis tidak akan menghormati komitmen mereka ke Polandia.[227][228] Karena dijamin seperti itu, pada tanggal 22 Agustus 1939 Hitler memerintahkan mobilisasi militer ke Polandia.[229]
Rencana ini memerlukan bantuan rahasia dari Soviet[230] dan pakta non-agresi (Pakta Molotov-Ribbentrop) antara Jerman dan Uni Soviet, dipimpin Joseph Stalin, termasuk perjanjian rahasia pembelahan Polandia untuk kedua negara tersebut.[231] Menanggapi pakta yang baru terbentuk ini—dan berbeda dengan prediksi Ribbentrop bahwa aksi ini akan memperburuk hubungan Inggris-Polandia—Britania dan Polandia membentuk aliansi Inggris-Polandia pada 25 Agustus 1939. Manuver ini, bersamaan dengan berita dari Italia bahwa Mussolini tidak akan menghormati Pakta Baja, memaksa Hitler menunda serbuan ke Polandia dari 25 Agustus menjadi 1 September.[232] Hitler gagal mengalihkan Britania ke posisi netral dengan menawarkan jaminan non-agresi ke Imperium Britania tanggal 25 Agustus; ia kemudian menginstruksikan Ribbentrop agar mengungkapkan rencana perdamaian menit-menit terakhir dengan batasan waktu yang sangat pendek agar bisa menyalahkan perang yang akan terjadi pada ketidaksigapan Britania dan Polandia.[233][234]
Meski gelisah akan intevensi Britania, Hitler melanjutkan rencana invasi Polandia.[235] Pada tanggal 1 September 1939, Jerman menyerbu Polandia barat dengan alasan klaimnya terhadap Kota Bebas Danzig dan haknya atas jalan ekstrateritorial melintasi Koridor Polandia ditolak, yang telah diserahkan Jerman sesuai Perjanjian Versailles.[236] Merespon tindakan ini, Britania Raya dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman pada tanggal 3 September, mengejutkan Hitler dan memaksanya bertanya dengan nada marah kepada Ribbentrop, "Sekarang apa lagi?"[237] PErancis dan Britania segera bertindak sesuai pernyataan mereka, dan pada 17 September, pasukan Soviet menyerbu Polandia timur.[238]
Polandia takkan pernah bangkit lagi dalam bentuk Perjanjian Versailles. Ini dijamin tidak hanya oleh Jerman, tetapi juga ... Rusia.[239]
—Adolf Hitler, pidato umum di Danzig pada akhir September 1939
Anggota Reichstag menghormati Hitler di Kroll Opera House tanggal 6 Oktober 1939, pada akhir Invasi Polandia
Jatuhnya Polandia diikuti oleh apa yang disebut sejumlah wartawan sebagai "Perang Palsu" atau Sitzkrieg ("perang duduk"). Hitler menginstruksikan dua Gauletier Polandia barat laut yang baru ditunjuk, Albert Forster dari Reichsgau Danzig-Prusia Barat dan Arthur Greiser dari Reichsgau Wartheland, untuk "menjermanisasikan" daerah mereka "tanpa pertanyaan" tentang bagaimana caranya.[240] Ketika penduduk Polandia di daerah Forster harus menandatangani pernyataan bahwa mereka memiliki darah Jerman,[241] Greiser melakukan kampanye pembersihan etnis brutal terhadap penduduk Polandia di daerahnya.[240] Greiser mengeluh Forster mengizinkan ribuan orang Polandia diterima sebagai "ras" Jerman sehingga mengancam "kemurnian ras" Jerman. Hitler menolak terlibat,[240] karena ingin menjadikannya contoh dari teori "bekerja untuk Führer": Hitler mengeluarkan instruksi yang tidak jelas dan mengharapkan semua bawahannya menjalankan kebijakan mereka sendiri.
Sengketa lain muncul tentang metode Himmler dan Greiser, yang memilih pembersihan etnis di Polandia, melawan metode Göring dan Hans Frank, Gubernur Jenderal teritori Pemerintah Umum Polandia, yang ingin mengubah Polandia menjadi "lumbung padi" Reich.[242] Pada tanggal 12 Februari 1940, sengketa ini awalnya selesai melalui pelaksanaan metode Göring–Frank, yang mengakhiri pengusiran massal yang mengganggu arus ekonomi.[242] Akan tetapi, pada 15 Mei 1940, Himmler menulis memo berjudul "Pemikiran tentang Penanganan Penduduk Asing di Timur" yang mengusulkan pengusiran seluruh penduduk Yahudi di Eropa ke Afrika dan mengucilkan penduduk Polandia menjadi "kelas buruh tanpa pemimpin."[242] Hitler menyebut memo Himmler "bagus dan tepat,"[242] lalu menerapkan kebijakan Himmler–Greiser di Polandia, sambil mengabaikan Göring dan Frank.
Hitler mengunjungi Paris bersama arsitek Albert Speer (kiri) dan pemahat Arno Breker (kanan), 23 Juni 1940
Hitler mulai memusatkan militernya di perbatasan barat Jerman, dan pada April 1940, pasukan Jerman menyerbu Denmark dan Norwegia. Tanggal 9 April, Hitler mengumumkan kelahiran "Reich Jerman Raya", yaitu visinya akan sebuah imperium bangsa-bangsa Jermanik di Eropa yang bersatu, tempat orang Belanda, Flandria, dan Skandinavia bergabung dalam pemerintahan "ras murni" di bawah kepemimpinan Jerman.[243] Bulan Mei 1940, Jerman menyerang Perancis, dan menduduki Luksemburg, Belanda, dan Belgia. Kemenangan tersebut memaksa Mussolini membawa Italia bergabung dengan Hitler pada 10 Juni. Perancis menyerah tanggal 22 Juni.[244]
Britania, yang tentaranya dipaksa meninggalkan Perancis melalui laut dari Dunkirk,[245] terus berperang bersama jajahan Britania yang lain pada Pertempuran Atlantik. Hitler menawarkan perdamaian kepada pemimpin Britania Raya yang baru, Winston Churchill, dan setelah ditolak ia memerintahkan serangan pengeboman ke Britania Raya. Rencana invasi Hitler ke Britania Raya dimulai dengan serangkaian serangan udara pada Pertempuran Britania terhadap sejumlah pangkalan udara dan stasiun radar Angkatan Udara Kerajaan (RAF) di Inggris Tenggara. Sayangnya, Luftwaffe Jerman tidak mampu mengalahkan Angkatan Udara Kerajaan.[246] Pada akhir Oktober, Hitler menyadari bahwa superioritas udara untuk invasi Britania—Operasi Sea Lion—tidak dapat diraih, lalu ia melancarkan serangan udara malam terhadap kota-kota di Britania, termasuk London, Plymouth, dan Coventry.[247]
Pada tanggal 27 September 1940, Pakta Tiga Pihak ditandatangani di Berlin oleh Saburō Kurusu dari Kekaisaran Jepang, Hitler, dan menteri luar negeri Italia Ciano,[248] kemudian meluas hingga Hongaria, Rumania, dan Bulgaria, sehingga memperkuat kekuatan Poros. Upaya Hitler dalam mengintegrasikan Uni Soviet dengan blok anti-Britania gagal pasca pertemuan buntu antara Hitler dan Molotov di Berlin pada bulan November, kemudian ia meminta semua pihak bersiap untuk invasi besar-besaran ke Uni Soviet.[249]
Pada musim semi 1941, aktivitas militer di Afrika Utara, Balkan, dan Timur Tengah mengalihkan Hitler dari rencananya di kawasan timur. Bulan Februari, pasukan Jerman tiba di Libya untuk memperkuat keberadaan pasukan Italia di sana. Bulan April, Hitler melancarkan invasi Yugoslavia, yang tidak lama kemudian diikuti dengan invasi Yunani.[250] Bulan Mei, pasukan Jerman dikirim untuk membantu pasukan pemberontak Irak memerangi Britania dan menyerbu Kreta. Pada tanggal 23 Mei, Hitler mengeluarkan Surat Perintah Führer No. 30.[251]

Menjelang kekalahan

Tanggal 22 Juni 1941, melawan pakta non-agresi Hitler–Stalin tahun 1939, 5,5 juta tentara Poros menyerbu Uni Soviet. Tujuan dari serangan berskala besar ini (Operasi Barbarossa) adalah penghancuran total Uni Soviet dan perebutan semua sumber daya alamnya untuk upaya agresi masa depan terhadap negara-negara Barat.[252][253] Dalam invasi ini, Jerman berhasil mencaplok wilayah yang sangat luas, termasuk beberapa republik Baltik, Belarus, dan Ukraina Barat. Setelah keberhasilan Pertempuran Smolensk, Hitler memerintahkan Grup Angkatan Darat Tengah menghentikan lajunya ke Moskwa dan sementara mengalihkan grup Panzernya ke utara dan selatan untuk membantu pengepungan Leningrad dan Kiev.[254] Keputusan Hitler ini menciptakan krisis besar di kalangan petinggi militer, karena para jenderal tidak setuju dengan perubahan target tersebut.[255][256] Jeda yang diambil Hitler pada akhir musim panas memberikan Angkatan Darat Merah kesempatam memobilisasi cadangan-cadangan baru; sejarawan Russel Stolfi menganggap hal ini sebagai salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan serangan Moskwa, yang baru dilanjutkan bulan Oktober 1941 dan berakhir dengan kegagalan besar pada bulan Desember.[254]
Bersama Jenderal Keitel, Paulus, dan von Brauchitsch, Hitler membicarakan situasi di Front Timur pada Oktober 1941
Pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang menyerang Pearl Harbor, Hawaii. Empat hari kemudian, Hitler secara resmi menyatakan perang melawan Amerika Serikat.[257]
Hitler saat berpidato di Reichstag, menyerang Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt, 11 Desember 1941
Tanggal 18 Desember 1941, Himmler menanyai Hitler, "Apa yang perlu dilakukan terhadap kaum Yahudi Rusia?" Hitler menjawab, "als Partisanen auszurotten" ("musnahkan mereka sebagai partisan").[258] Sejarawan Israel Yehuda Bauer berkomentar bahwa pernyataan tersebut bisa jadi tanda-tanda yang hampir bisa dikatakan para sejarawan sebagai perintah langsung dari Hitler untuk melaksanakan genosida saat Holocaust.[258]
Pada akhir 1942, pasukan Jerman kalah dalam pertempuran El Alamein kedua,[259] menggagalkan rencana Hitler merebut Terusan Suez dan Timur Tengah. Kelewat yakin atas kemampuan militernya sendiri pasca kemenangan awal tahun 1940, Hitler menjadi tidak percaya terhadap Komando Tinggi Angkatan Darat dan mulai ikut campur dalam militer dan perencanaan taktis dengan akibat yang menghancurkan.[260] Pada bulan Februari 1943, penolakan Hitler yang berulang-ulang terhadap penarikan mereka dari Pertempuran Stalingrad mengakibatkan kehancuran total Angkatan Darat ke-6. Lebih dari 200.000 tentara Poros gugur dan 235.000 lainnya ditawan, hanya 6.000 di antaranya yang pulang ke Jerman setelah perang.[261] Setelah itu, terjadi kekalahan mutlak pada Pertempuran Kursk.[262] Pendapat militer Hitler mulai tidak jelas, dan posisi militer dan ekonomi Jerman ikut jatuh seiring memburuknya kesehatan Hitler. Kershaw dan sejarawan lain percaya Hitler mengalami penyakit Parkinson.[263]
Pasca invasi Sekutu ke Sisilia tahun 1943, Mussolini digulingkan oleh Pietro Badoglio,[264] yang menyerah kepada Sekutu. Sepanjang tahun 1943 dan 1944, Uni Soviet pelan-pelan memaksa pasukan Hitler mundur di sepanjang Front Timur. Tanggal 6 Juni 1944, pasukan Sekutu Barat mendarat di Perancis utara dalam salah satu operasi amfibi terbesar sepanjang sejarah, Operasi Overlord.[265] Akibat serangkaian kemunduran besar yang dialami Angkatan Darat Jerman, banyak petingginya berkesimpulan bahwa kekalahan tak dapat dielakkan dan kesalahan perhitungan atau penolakan Hitler akan membawa perang ke dalam negeri dan menyebabkan Jerman hancur total.[266]
Ruang peta yang hancur di 'Wolf's Lair' setelah rencana 20 Juli
Antara 1939 dan 1945, ada banyak rencana untuk membunuh Hitler, beberapa di antaranya berlanjut sampai tingkatan tertentu.[267] Upaya paling terkenal justru berasal dari Jerman sendiri dan didorong oleh kemungkinan bahwa Jerman akan kalah perang.[268] Pada Juli 1944, rencana 20 Juli, bagian dari Operasi Valkyrie, dijalankan. Claus von Stauffenberg meletakkan sebuah bom di salah satu bangunan markas Hitler, Wolf's Lair di Rastenburg. Hitler nyaris terbunuh karena seseorang tidak sengaja mendorong kopor bom tersebut ke belakang kaki meja konferensi yang tebal. Saat bom meledak, meja itu memantulkan ledakan menjauhi Hitler. Setelah itu, Hitler memerintahkan balas dendam yang kejam yang berujung pada eksekusi lebih dari 4.900 orang.[269]

Kekelahan dan kematian

Halaman depan koran Angkatan Bersenjata A.S., Stars and Stripes, 2 Mei 1945
Pada akhir 1944, baik Angkatan Darat Merah dan Sekutu Barat sedang menyerbu masuk Jerman. Mengetahui kekuatan dan kegigihan Angkatan Darat Merah, Hitler memutuskan memakai sisa tentara cadangannya untuk melawan tentara Amerika Serikat dan Britania yang ia anggap lebih lemah.[270] Pada 16 December, ia melancarkan serangan di Ardennes untuk memecah belah Sekutu Barat dan mungkin meyakinkan mereka ikut berpeang melawan Soviet.[271] Setelah serangan tersebut gagal, Hitler sadar bahwa Jerman akan kalah perang. Harapan terakhirnya untuk menegosiasikan damai dengan Amerika Serikat dan Britania dibantu oleh kematian Franklin D. Roosevelt tanggal 12 April 1945; namun, berbeda dengan harapannya, Sekutu tetap tidak gentar.[272][271] Bertindak dengan pandangannya bahwa kegagalan militer Jerman turut menghilangkan haknya untuk berdiri sebagai suatu bangsa, Hitler memerintahkan penghancuran semua infrastruktur industri Jerman sebelum jatuh ke tangan Sekutu.[273] Menteri Persenjataan Albert Speer dipercaya untuk mengeksekusi rencana bumi hangus ini, namun diam-diam ia tolak.[273]
Pada tanggal 20 April, ulang tahun Hitler ke-56, Hitler melakukan perjalanan terakhir dari Führerbunker ("perlindungan Führer") ke permukaan. Di kebun Reichskanzlei yang hancur, ia menyematkan Iron Cross kepada sejumlah tentara Pemuda Hitler.[274] Pada 21 April, Front Belorusia ke-1 pimpinan Georgy Zhukov berhasil menembus pertahanan Grup Angkatan Darat Vistula Jerman pimpinan Jenderal Gotthard Heinrici pada Pertempuran Dataran Tinggi Seelow dan melaju hingga pinggiran kota Berlin.[275] Menolak situasi tersebut, Hitler menggantungkan harapannya pada pasukan Waffen SS pimpinan Jenderal Felix Steiner, Armeeabteilung Steiner ("Detasemen Angkatan Darat Steiner"). Hitler meminta Steiner menyerang sisi utara bukit dan Angkatan Darat Kesembilan Jerman diperintahkan menyerang ke utara dalam bentuk serangan jepit.[276]
Pada konferensi militer tanggal 22 April, Hitler mempertanyakan serangan Steiner. Ia diberitahu bahwa serangan tersebut tak pernah dilancarkan dan pasukan Rusia sudah memasuki Berlin. Jawaban tersebut memaksa Hitler meminta semua orang selain Wilhelm Keitel, Alfred Jodl, Hans Krebs, dan Wilhelm Burgdorf keluar ruangan.[277] Hitler kemudian marah besar-besaran atas pengkhianatan dan ketidakmampuan para komandannya yang diakhiri dengan pernyataannya—untuk pertama kali—bahwa Jerman kalah perang. Hitler mengumumkan bahwa ia akan tetap berada di Berlin sampai perang berakhir, lalu bunuh diri.[278]
Pada 23 April, Angkatan Darat Merah mengepung seluruh Berlin[279] dan Goebbels membuat pernyataan yang meminta warga kota ikut mempertahankan Berlin.[277] Pada hari itu pula, Göring mengirim telegram dari Berchtesgaden yang berisi pendapat bahwa karena Hitler terisolasi di Berlin, ia, Göring, harus mengambil alih pemerintahan Jerman. Göring menetapkan batas waktu, lewat dari itu ia menganggap Hitler tidak berkuasa lagi.[280] Hitler menanggapinya dengan menahan Göring dan dalam surat wasiatnya yang ditulis 29 April, Hitler menyatakan Göring dipecat dari semua jabatan pemerintahan yang dipegangnya.[281][282] Tanggal 28 April, Hitler mengetahui bahwa Himmler, yang meninggalkan Berlin tanggal 20 April,[283] sedang mencoba membahas penyerahan diri dengan Sekutu Barat.[284] Ia memerintahkan Himmler ditahan dan Hermann Fegelein (perwakilan SS Himmler di kantor pusat Hitler di Berlin) dieksekusi.[285]
Setelah tengah malam 29 April, Hitler menikahi Eva Braun dalam sebuah upacara pernikahan kecil di ruang peta di Führerbunker. Setelah sarapan sederhana bersama istri barunya, ia membawa sekretaris Traudl Junge ke ruangan lain dan mendiktekan wasiat dan kata-kata terakhir.[286][b] Peristiwa ini disaksikan dan dokumennya ditandatangani oleh Hans Krebs, Wilhelm Burgdorf, Joseph Goebbels, dan Martin Bormann.[287] Sore itu, Hitler diberitahu tentang pembunuhan diktator Italia Benito Mussolini, yang mungkin mempertegas keinginannya untuk menolak ditangkap.[288]
Tanggal 30 April 1945, setelah pertempuran jalanan yang sengit, ketika tentara Soviet berada satu atau dua blok dari Reichskanzlei, Hitler dan Braun bunuh diri; Braun menggigit kapsul sianida[289] dan Hitler menembak dirinya.[290] Jasad mereka dibawa naik melalui pintu keluar darurat bunker ke kebun belakang Reichskanzlei yang sudah hancur, kemudian ditempatkan di sebuah kawah bom[291] dan disiram bensin. Kedua jasad kemudian dibakar[292] diiringi suasana pengeboman oleh Angkatan Darat Merah.[293]
Berlin menyerah pada tanggal 2 Mei. Catatan arsip Soviet—dirilis setelah jatuhnya Uni Soviet—memperlihatkan bahwa sisa-sisa jenazah Hitler, Braun, Joseph dan Magda Goebbels, enam anak Goebbels, Jenderal Hans Krebs, dan anjing-anjing Hitler berkali-kali dikubur dan diangkat.[294] Pada tanggal 4 April 1970, sebuah tim KGB Soviet memakai peta pemakaman terperinci untuk mengangkat lima kotak kayu di fasilitas SMERSH di Magdeburg. Sisa-sisa jenazah dari kotak tersebut dibakar, dihancurkan, dan disebarkan di sungai Biederitz, anak sungai Elbe.[295]

Holocaust

Jika para hartawan Yahudi di luar Eropa berhasil membawa bangsa ini sekali lagi ke kancah perang, akibatnya bukanlah bolshevisasi Bumi yang menguntungkan kaum Yahudi, namun pemusnahan ras Yahudi di Eropa![296]
—Adolf Hitler berpidato di Reichstag Jerman, 30 Januari 1939
Holocaust dan perang Jerman di timur didasarkan pada pandangan lama Hitler bahwa kaum Yahudi adalah musuh besar bangsa Jerman dan bahwa Lebensraum perlu diciptakan demi perluasan Jerman. Ia berfokus ke Eropa Timur untuk upaya perluasan tersebut dengan mengalahkan Polandia dan Uni Soviet dan menyingkirkan atau membantai kaum Yahudi dan Slavia.[297] Generalplan Ost ("Rencana Umum untuk Timur") berisikan deportasi penduduk Eropa Timur dan Uni Soviet yang diduduki ke Siberia Barat untuk dimanfaatkan sebagai buruh atau dibunuh;[298] wilayah dudukan akan dikolonisasi oleh penduduk Jerman atau yang "dijermanisasi".[299] Tujuannya adalah menerapkan rencana ini setelah menaklukkan Uni Soviet, tetapi jika gagal, Hitler tetap melanjutkannya.[298][300] Pada Januari 1942, Hitler memutuskan untuk membunuh semua kaum Yahudi, Slavia, dan penduduk terdeportasi lain yang ingin disingkirkan.[301][c]
Sebuah gerbong penuh jenazah di luar krematorium di kamp konsentrasi Buchenwald yang telah dibebaskan (April 1945)
Holocaust ("Endlösung der Judenfrage" atau "Solusi Akhir Pertanyaan Yahudi") diperintahkan oleh Hitler dan disusun dan dilaksanakan oleh Heinrich Himmler dan Reinhard Heydrich. Catatan Konferensi Wannsee—diselenggarakan tanggal 20 Januari 1942, dipimpin Heydrich dan dihadiri 15 pejabat senior Nazi—memberikan bukti jelas tentang rencana sistematis Holocaust. Tanggal 22 Februari, Hitler mengatakan, "kita harus mendapatkan kembali kesehatan kita dengan memusnahkan kaum Yahudi."[302] Sekitar 30 kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan dipakai untuk melaksanakan rencana ini.[303] Pada musim panas 1942, kamp konsentrasi Auschwitz dengan cepat diperluas untuk menampung sejumlah besar penduduk deportasi untuk dibunuh atau diperbudak.[304]
Meski tidak ada perintah khusus dari Hitler yang mengizinkan pembunuhan massal yang dipublikasikan,[305] ia menyetujui pembentukan Einsatzgruppen—skuad pembunuh yang mengikuti jalur AD Jerman melintasi Polandia, Baltik, dan Uni Soviet[306]—dan ia sangat mengetahui aktivitas mereka.[307] Dalam rekaman interograsi oleh pejabat intelijen Soviet yang dipublikasikan 50 tahun kemudian, sopir Hitler, Heinz Linge, dan ajudannya, Otto Günsche, menyatakan bahwa Hitler punya ketertarikan langsung terhadap pengembangan kamar gas.[308]
Antara 1939 dan 1945, Schutzstaffel (SS), dibantu pemerintah Kolaborasi dengan Kekuatan Poros pada Perang Dunia IIkolaborasionis dan rekrutan dari negara-negara dudukan, bertanggung jawab atas kematian 11 hingga 14 juta orang, termasuk 6 juta kaum Yahudi yang mewakili dua per tiga populasi Yahudi di Eropa,[309][310] serta antara 500.000 dan 1.500.000 etnis Roma.[311] Kematian terjadi di kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan, ghetto, dan eksekusi massal. Banyak korban Holocaust digas sampai mati, sementara lainnya meninggal karena kelaparan atau penyakit saat bekerja sebagai buruh paksa.[312]
Kebijakan Hitler juga mengakibatkan pembunuhan bangsa Polandia[313] dan tahanan perang Soviet, kaum komunis dan pesaing politik lain, homoseksual, orang yang cacat fisik dan mental,[314][315] Saksi-Saksi Yehuwa, Adventis, dan anggota serikat dagang. Hitler tidak pernah mengunjungi kamp konsentrasi dan membicarakan pembunuhan tersebut di hadapan publik. [316]
Konsep Nazi yang lain adalah arti dari kemurnian ras. Pada tanggal 15 September 1935, Hitler memperkenalkan dua hukum—disebut Hukum-Hukum Nuremberg—ke Reichstag. Hukum-hukum tersebut melarang pernikahan antara warga Jerman non-Yahudi dan Yahudi, serta melarang mempekerjakan wanita non-Yahudi di bawah usia 45 tahun di keluarga Yahudi. Hukum ini juga menghapus hak-hak kewarganegaraan Jerman yang dipegang orang-orang "non-Arya".[317] Kebijakan eugenika pertama Hitler menargetkan anak-anak dengan cacat fisik dan mental dalam sebuah program bernama Action Brandt, lalu mengizinkan program eutanasia untuk orang dewasa dengan cacat fisik dan mental yang sekarang bernama Action T4.[318]

Gaya kepemimpinan

Hitler memimpin NSDAP secara otokratik dengan menerapkan Führerprinzip ("prinsip pemimpin"). Prinsip ini bergantung pada kepatuhan absolut semua bawahannya kepada pimpinan mereka; sehingga ia melihat struktur pemerintahan sebagai sebuah piramida, dengan dirinya—pemimpin mutlak—di puncak. Pangkat dalam partai tidak ditentukan oleh pemilihan umum—jabatan diisi melalui penunjukkan oleh pangkat yang lebih tinggi, yang menuntut kepatuhan tanpa pernyataan terhadap keinginan sang pemimpin.[319] Gaya kepemimpinan Hitler adalah memberikan perintah berlawanan terhadap bawahannya dan menempatkan mereka pada jabatan-jabatan tempat tugas dan tanggung jawab mereka saling bertindihan agar "orang yang lebih kuat menjalankan pekerjaannya".[320] Dengan cara ini, Hitler mendorong saling tidak percaya, persaingan, dan perkelahian di antara bawahannya demi mengonsolidasi dan memaksimalkan kekuasaannya. Kabinetnya tidak pernah rapat setelah tahun 1938, dan ia meminta para menterinya tidak bertemu secara pribadi.[321][322] Hitler biasanya tidak memberi perintah tertulis; ia memberitahunya secara verbal atau disampaikan melalui rekan dekatnya, Martin Bormann.[323] Ia memercayakan semua dokumennya, penunjukannya, dan kekayaan pribadinya ke Bormann dan Bormann memanfaatkan jabatannya untuk mengendalikan arus informasi dan akses ke Hitler.[324]
Hitler secara pribadi membuat semua keputusan militer besar. Sejarawan yang menilai kinerjanya setuju bahwa setelah awal yang kuat, ia semakin tidak fleksibel setelah 1941 sehingga ia menyia-nyiakan kekuaran militer yang dimiliki Jerman. Sejarawan Antony Beevor berpendapat bahwa saat perang pecah, "Hitler adalah pemimpin yang terinspirasi, karena kejeniusannya terletak pada menilai kelemahan orang lain dan memanfaatkan kelemahan tersebut." Akan tetapi, sejak 1941 sampai seterusnya, "ia menjadi sangat sklerotik. Ia tidak mengizinkan kemunduran atau fleksibilitas dalam bentuk apapun di antara komandan lapangannya, dan hal tersebut sangat menghancurkan."[325]

Warisan

Di luar bangunan di Braunau am Inn, Austria, tempat Hitler lahir, terdapat sebuah batu peringatan sebagai pengingat Perang Dunia II yang menakutkan. Tulisannya:
Untuk perdamaian, kebebasan
dan demokrasi
jangan lagi fasisme
jutaan korban mengingatkan [kita]
Peristiwa bunuh diri Hitler dianggap para sejarawan kontemporer sebagai "mantra" yang dipatahkan.[326][327] Menurut sejarawan John Toland, tanpa pemimpinnya, Sosialisme Nasional "meledak bagaikan gelembung."[328]
Aksi Hitler dan ideologi Nazi hampir dianggap secara universal sebagai sesuatu yang sangat imoral;[329] menurut sejarawan Ian Kershaw, "Belum pernah terjadi dalam sejarah kerusakan semacam itu—secara fisik dan moral—dikaitkan dengan nama satu orang saja."[330] Program politik Hitler mengakibatkan pecahnya perang dunia, meninggalkan Eropa Timur dan Tengah yang hancur dan miskin. Jerman sendiri mengalami kehancuran menyeluruh yang dijuluki "Jam Nol".[331] Kebijakan Hitler mengakibatkan penderitaan manusia dalam skala yang luar biasa;[332] menurut R.J. Rummel, rezim Nazi bertanggung jawab atas pembunuhan demosida terhadap sekitar 21 warga sipil dan tahanan perang.[333] Selain itu, 29 juta tentara dan warga sipil tewas akibat aksi militer di teater Eropa pada Perang Dunia II,[333] dan peran Hitler dideskripsikan sebagai, "... perancang utama perang yang mengakibatkan 50 juta orang tewas dan jutaan lainnya meratapi kematian mereka ..."[330] Para sejarawan, filsuf, dan politikus sering memakai kata "iblis" untuk menyebut rezim Nazi.[334] Banyak negara Eropa mengkriminalisasikan dukungan terhadap Nazisme dan penolakan Holocaust.[335]
Sejarawan Friedrich Meinecke menyebut Hitler sebagai "salah satu contoh terhebat kekuatan tunggal dan luar biasa seseorang sepanjang kehidupan sejarah".[336] Sejarawan Inggris Hugh Trevor-Roper memandangnya sebagai "salah seorang 'penyederhana sejarah yang buruk', sosok penakluk dunia yang paling sistematis, paling bersejarah, paling filosofis, tetapi paling kasar, paling kejam, paling tidak murah hati yang pernah diketahui umat manusia."[337] Bagi sejarawan John M. Roberts, kekalahan Hitler menandakan akhir fase sejarah Eropa yang didominasi Jerman.[338] Sebagai penggantinya, muncullah Perang Dingin, sebuah konfrontasi global antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.[339]

Pandangan agama

Hitler melihat gereja penting secara politik, sebagai suatu pengaruh konservatif terhadap masyarakat. Ia merasa jika gereja dihancurkan, umat beragama akan beralih ke mistisisme, yang ia anggap sebagai kemunduran politik dan budaya. Meski ia tidak pernah meninggalkan Gereja Katolik secara resmi, ia tidak punya kedekatan sejati dengan gereja.[340] Setelah meninggalkan kampung halaman, ia tidak pernah lagi menghadiri misa atau menerima sakramen.[341] Ia lebih menyukai aspek Protestantisme yang pas dengan pandangan-pandangannya dan mengadopsi sebagian elemen organisasi hierarkis, liturgi, dan fraseologi Gereja Katolik dalam politiknya.[342][343]
Secara publik, Hitler sering memuji warisan Kristen dan budaya Kristen Jerman, dan memilih kepercayaan terhadap Yesus Kristus "Arya"—seorang Yesus yang memerangi umat Yahudi.[344] Ia berbicara tentang interpretasinya terhadap Kristen sebagai motivasi utama antisemitismenya, sambil berkata, "Sebagai seorang Kristen aku tidak berhak mengizinkan diriku dibohongi, namun aku berhak menjadi seorang pejuang kebenaran dan keadilan."[345][346] Secara pribadi, ia lebih kritis terhadap Kristen tradisional, menganggapnya sebuah agama yang pas dianut para budak; ia menyukai kekuatan Roma, tetapi kasar terhadap ajarannya.[347] Sejarawan John S. Conway menyebutkan bahwa Hitler memiliki "antagonisme mendasar" terhadap gereja-gereja Kristen.[348]
Dalam hubungan politik dengan gereja, Hitler mengambil strategi "yang pas dengan tujuan-tujuan politiknya".[348] Menurut laporan US Office of Strategic Services, Hitler memiliki sebuah rencana umum, bahkan sebelum berkuasa, untuk menghancurkan pengaruh gereja Kristen di dalam Reich.[349][350] Laporan berjudul "The Nazi Master Plan" itu menyatakan bahwa penghancuran gereja adalah tujuan gerakan tersebut sejak awal, namun tidak cukup untuk mengekspresikan posisinya yang ekstrem secara publik.[351] Tujuannya, menurut Bullock, adalah menunggu sampai perang berakhir, lalu menghancurkan pengaruh Kristen.[347]
Hitler menyukai tradisi militer Muslim, namun tetap menganggap bangsa Arab sebagai "ras inferior".[352] Ia percaya bahwa bangsa Jerman, seperti umat Islam, bisa menguasai sebagian besar dunia pada Abad Pertengahan.[353] Meski Himmler tertarik pada hal-hal gaib, penerjemahan sajak, dan melacak akar prasejarah bangsa Jermanik, Hitler justru lebih pragmatis dan ideologinya terpusat pada hal-hal yang lebih praktis.[354][355]

Kesehatan

Banyak peneliti berpendapat bahwa Hitler menderita sindrom usus mudah iritasi, luka kulit, detak jantung tidak tetap, penyakit Parkinson,[356][263] sifilis,[356] dan tinnitus.[357] Dalam sebuah laporan untuk Office of Strategic Services tahun 1943, Walter C. Langer dari Universitas Harvard menyebut Hitler sebagai seorang "psikopat neurotik."[358] Sejumlah teori seputar kondisi medis Hitler sulit dibuktikan, dan menurut mereka terlalu banyak bebannya jika mengaitkan sejumlah peristiwa dan akibat Reich Ketiga dengan kesehatan fisik seseorang yang mungkin buruk.[359] Kershaw merasa lebih baik mengambil pandangan yang lebih luas terhadap sejarah Jerman dengan menilai dorongan sosial apa yang menciptakan Reich Ketiga dan kebijakan-kebijakannya, alih-alih mencari penjelasan sempit tentang Holocaust dan Perang Dunia II dari satu orang saja.[360]
Hitler mengikuti pola makan vegetarian.[361] Pada acara-acara sosial ia kadang mengutarakan pernyataan menjijikkan tentang penyembelihan hewan agar tamu-tamunya menghindari daging.[362] Ketakutan terserang kanker (penyebab ibunya meninggal dunia)[363] adalah alasan pola makan Hitler yang paling terkenal. Selaku seorang antipembedahan, Hitler mungkin memilih pola makan selektif karena masih menghargai hewan.[364] Bormann memiliki sebuah rumah kaca di dekat Berghof (dekat Berchtesgaden) untuk menjamin suplai stabil buah-buahan dan sayuran segar untuk Hitler sepanjang perang. Hitler menjauhi alkohol[365] dan bukan perokok. Ia mempromosikan kampanye anti-merokok yang agresif di seluruh Jerman.[366] Hitler mulai sering memakai amfetamin setelah 1937 dan menjadi pecandu pada musim gugur 1942.[367] Albert Speer mengaitkan pemakaian amfetamin ini dengan keputusan Hitler yang semakin tidak fleksibel (misalnya, tidak pernah mengizinkan militer mundur dari medan perang).[368]
Dengan 90 jenis obat-obatan sepanjang perang, Hitler mengonsumsi banyak pil setiap hari karena masalah lambung kronis dan penyakit lain.[369] Ia menderita kerusakan gendang telinga akibat ledakan bom 20 Juli 1944 dan 200 serpihan kayu harus diangkat dari kakinya.[370] Rekaman berita Hitler memperlihatkan getaran pada tangannya dan gaya jalannya yang pincang, yang sudah ada sejak sebelum perang dan memburuk sampai akhir hayatnya. Dokter pribadi Hitler, Theodor Morell, merawat Hitler dengan sebuah obat yang sering dipakai untuk menangani penyakit Parkinson pada tahun 1945. Ernst-Günther Schenck dan beberapa dokter lain yang bertemu Hitler pada minggu-minggu terakhir hidupnya juga menyimpulkan Hitler menderita penyakit Parkinson.[369][371]

Keluarga

Hitler bersama kekasih lamanya, Eva Braun, yang ia nikahi 29 April 1945
Hitler menciptakan citra publik sebagai sosok selibat tanpa kehidupan rumah tangga, mendedikasikan seluruh hidupnya untuk misi politik dan bangsanya.[133][372] Ia bertemu kekasihnya, Eva Braun, pada tahun 1929,[373] dan menikahinya pada April 1945.[374] Pada bulan September 1931, separuh-keponakannya, Geli Raubal, bunuh diri dengan pistol Hitler di apartemennya di Munich. Tersebar rumor bahwa Geli terlibat dalam hubungan romantis dengan Hitler dan kematiannya menjadi sumber kesedihan mendalam yang bertahan lama.[375] Paula Hitler, anggota keluarga terakhir yang masih hidup, meninggal dunia tahun 1960.[376].

samah bin Ladin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Osama bin laden)
Langsung ke: navigasi, cari
Usamah bin Muhammad bin Awwad bin Ladin
أسامة بن محمد بن عوض بن لادن
Lahir 10 Maret 1957
Riyadh, Arab Saudi
Meninggal 2 Mei 2011 (umur 54)
Abbottabad, Pakistan
Nama panggilan Usamah bin Ladin
Dikenal karena Perang Soviet-Afganistan
Perang melawan Terorisme:
Anggota dewan dari Al-Qaeda
Usamah bin Muhammad bin Awwad bin Ladin (bahasa Arab: أسامة بن محمد بن عود بن لادن; sering dipanggil Usamah bin Ladin (atau Osama bin Laden dalam ejaan Inggris) alias Tim Osman, (lahir di Jeddah, Arab Saudi, 10 Maret 1957 – meninggal di Abbottãbad, Pakistan, 2 Mei 2011 pada umur 54 tahun) adalah pendiri Al Qaeda.
Dilahirkan di Jeddah, Arab Saudi, kawasan pantai Laut Merah. Usamah adalah anak ke-17 dari 52 bersaudara. Ayahandanya yang bernama Muhammad bin Ladin, adalah seorang petani miskin dari Yaman yang kemudian bermigrasi ke Arab Saudi setelah Perang Dunia II). Di tempat yang baru ini Muhammad bin Ladin memulai dengan usahanya yang baru bergerak dalam bidang bisnis pembangunan. Pada akhirnya ia memenangkan banyak kontrak bagi pembangunan masjid-masjid dan istana-istana yang sangat bernilai dari pemerintah Arab Saudi. Oleh karena itu ia telah mengembangkan tali persahabatan yang sangat akrab dengan keluarga Kerajaan Saudi[1]. Muhammad bin Ladin kemudian telah menjadi salah seorang yang paling kaya di Arab Saudi, yang diperkirakan memiliki keuntungan miliaran dolar Amerika Serikat. Dari keuntungannya ini diperkirakan Muhammad bin Ladin memiliki saham sebesar hampir 300 miliar dolar Amerika.

Daftar isi

Pendidikan dan masa muda

Ketika berusia pemuda-remaja, Usamah bin Ladin telah bergabung dengan gerakan Konservatif-Baru (Ultrakonservatif), sebuah gerakan politik dalam agama Islam yang sebagian mengadopsi sebagiannya pemahaman Sufi; dan ia pernah masuk kedalam dinas kepolisian yang menegakkan hukum-hukum syariah. Usamah menjadi mahasiswa pada Universitas King Abdul Aziz di Jeddah, di mana ia berguru pada salah satu dari antara gurunya, yakni Sheikh Abdullah Azzam. Guru Abdullah Azzam inilah yang kemudian diketahui sebagai tokoh utama yang memainkan peran memobilisasi dukungan bangsa Arab bagi kaum Mujahidin yang berperang melawan pendudukan Uni Soviet atas Afganistan. Usamah bin Ladin lulus menyelesaikan studinya dan diwisuda sarjana tahun 1979 dalam bidang Ekonomi dan Manajemen.

Perjalanan hidup

Usamah bin Ladin mulai membangun jaringan komunikasinya pada tahun 1979 ketika ia berangkat ke Afganistan bergabung dalam milisi perang kaum pejuang Afgan yang dikenal sebagai kaum mujahidin yang tetap bertahan dan bertempur melawan Soviet[2] . Usamah menggalang dana melalui jalur-jalur kekayaan dan relasi-relasi koneksi keluarganya bagi gerakan pertahanan Afgan, dan membantu kaum Mujahidin dengan bantuan logistik dan bantuan kemanusiaan. Usamah juga terlibat mengambil bagian dalam beberapa pertempuran selama perang Afganistan.
Ketika peperangan melawan Soviet hampir berakhir, Usamah mendirikan gerakan Al Qaeda, sebuah organisasi para mantan/eks pejuang Mujahidin dan para pendukung lainnya yang membantu menyalurkan baik dana maupun para pejuang bagi gerakan pertahanan Afgan.
Ketika tentara-tentara Soviet menarik mundur keluar dari Afganistan, Usamah bin Ladin pulang kembali ke Arab Saudi dan bergabung bekerja pada perusahaan konstruksi dan bangunan milik keluarga, Group Perusahaan Bin Ladin. Di sini ia kemudian terlibat bersama kelompok orang-orang Saudi yang berseberangan dan melawan pemerintahan kerajaan/monarki Saudi, yakni terhadap Keluarga Raja Fahd. Pada tahun 1995 Usamah bin Ladin membangun infrasruktur di Sudan ketika hubungannya dengan Presiden Umar al-Bashir dan Dr. Hasan Turabi yang memerintah Sudan.
Pada tahun 1994, Pemerintah Saudi mencabut hak kewarganegaraan Usamah dan membekukan seluruh aset dan kekayaannya di seluruh negeri. Usamah bin Ladin diyakini berbagai pihak sebagai tokoh pusat dan kunci dari suatu koalisi internasional dari kaum radikal Islam. Menurut Pemerintah Amerika Serikat, Al Qaeda telah meniru gerakan-gerakan aliansi dengan pola pikir kelompok-kelompok fundamentalis, seperti misalnya kelompok Al-Jihad di Mesir, Gerakan Hizbullah di Iran, Front Islam Nasional di Sudan, dan kelompok-kelompok jihad lainnya di Yaman, Arab Saudi, dan Somalia. Organisasi Usamah bin Ladin juga memiliki ikatan-ikatan dengan "Kelompok Islam" yang pada suatu ketika dibawah pimpinan Syaikh Omar Abdel Rahman, seorang ulama Mesir yang menjalani hukuman seumur hidup sejak pengakuannya pada tahun 1995 menggagalkan persekongkolan peledakan beberapa tempat di kawasan kota New York. Pada akhir tahun 1990-an dua orang anak Sheik Rahman bergabung bersama kekuatan tentara dan perjuangan Usamah bin Ladin.
Sejak tahun 1992, Pemerintah Amerika Serikat memberi kesan bahwa Usamah bin Ladin dan anggota-anggota lainnya dari gerakan Al Qaeda menjadi target sasaran militer Amerika yang bertugas di Arab Saudi, dan di Yaman, dan satuan militer yang ditugaskan di Tanduk Afrika, termasuk di Somalia. Pada bulan Oktober 1993, diberitakan ada 18 orang anggota militer berkebangsaan Amerika Serikat yang bekerja untuk bantuan kemanusiaan dan penanggulangan penderitaan di Somalia, mati dibunuh disana ketika menjalankan karya sosial mereka. Mayat tentara pekerja sosial itu diseret dan dianiaya di sepanjang jalan-jalan raya. Pada tahun 1996 Usamah bin Ladin dikenai hukuman atas tuduhan melatih orang-orang yang terlibat dalam penyerangan pembunuhan tentara pekerja sosial di atas dan ia mengatakan bahwa para pengikutnya bersama kaum Muslim setempat telah membunuh tentara-tentara itu. Penegak hukum Amerika Serikat juga menuduh bahwa Usamah bin Ladin memiliki jaringan dengan serangan-serangan yang gagal ke atas dua hotel di Yaman di mana para tentara Amerika Serikat bermalam dalam perjalanan mereka ke Somalia.
Pada tanggal 7 Agustus 1998, delapan tahun setelah penugasan operasional militer, Amerika Serikat membuat sebuah jebakan di Arab Saudi dengan meledakkan dua truk bermuatan bom di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Nairobi dan membuat alur cerita se akan akan otak peledakan adalah usamah bin ladin, Kenya; dan di Dares Salaam, Tanzania. Usamah bin Ladin menolak bertanggungjawab, tetapi para Hakim menegaskan keterlibatan dan kesalahannya itu terbukti dengan adanya surat-surat faksimili yang dikirimkan oleh kelompok Sel Usamah di London setidaknya kepada tiga agen penjualan media internasional. Para Hakim juga menunjukkan pengakuan para pelaku tindak kriminal tertuduh pelaku pengeboman Kedutaan-Kedutaan Besar, yang mengaku mereka adalah anggota gerakan Al Qaeda.
Empat belas hari kemudian, pada tanggal 20 Agustus 1998, Presiden Bill Clinton memerintahkan armada kapal perang Amerika Serikat menggempur kamp-kamp di Afganistan yang menjadi target untuk melumpuhkan usamah binladin dengan memberikan cap sebagai sarang pelatihan teroris, dan penggempuran terhadap pabrik reaktor kimia di kota Khartoum, Sudan. Usamah bin Ladin bisa selamat dari serangan itu dan dijatuhi hukuman oleh Amerika Serikat dengan tuduhan sebagai perancang atau otak di balik serangan-serangan bulan November 1998.
Banyak pengamat Islam Internasional mengatakan bahwa perlawanan Usamah bin Ladin dan Al Qaeda-nya akan tetap berlanjut selama dunia barat khususnya Amerika Serikat tidak mengubah kebijakan yang dianggap tidak adil terhadap negara-negara dunia Islam. Kasus Palestina dan keberpihakannya terhadap Israel diantaranya, serta serangan dan pendudukan terhadap Irak membuat masalah yang dikatakan dunia Barat sebagai terorisme tidak akan selesai.

Kematian

Pada 2 Mei 2011 Usamah bin Ladin tewas dalam serangan yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat di Abbottãbad, Pakistan, tempat persembunyiannya selama ini.[3] Kemudian 2 Mei 2011 Pasukan Amerika Serikat melakukan tes DNA untuk memastikan kematian Usamah.[4]
Muncul juga teori konspirasi yang menyatakan bahwa bin Ladin sebenarnya sudah mati pada Desember 2001, dan klaim pembunuhan pada 2011 merupakan bagian dari kampanye Barack Obama untuk pemilu mendatang.[5]

Slobodan Milošević

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Slobodan Milošević
Presiden Republik Serbia ke-1
Masa jabatan
8 Mei 1989 – 23 Juli 1997
Didahului oleh Jabatan terbentuk
Digantikan oleh Dragan Tomić
Informasi pribadi
Lahir 20 Agustus 1941
Požarevac, Yugoslavia
Meninggal 11 Maret 2006 (umur 64)
Hague, Belanda
Kebangsaan Serbia
Partai politik SPS
Suami/istri Mirjana Marković
Agama Ortodok Serbia
Tanda tangan
Slobodan Milošević Tentang suara ini dengarkan (diucapkan [sloˈbodan miˈloʃevitɕ]; Serbia Cyrillic: Слободан Милошевић) (lahir di Požarevac, Yugoslavia, 20 Agustus 1941 – meninggal di Hague, Belanda, 11 Maret 2006 pada umur 64 tahun) adalah Presiden Serbia dan Yugoslavia. Ia menjabat Presiden Serbia pada 1989-1997 dan kemudian menjabat Presiden Republik Federal Yugoslavia pada 1997-2000. Ia juga memimpin Partai Sosialis sejak didirikannya pada 1990. Ia disidang dengan dakwaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukannya di Kosovo. Pada 11 Maret 2006, ia meninggal di sel tahanannya di Den Haag, Belanda.

Daftar isi

Masa muda

Milošević adalah seorang Serbia Montenegro, yang dilahirkan di Požarevac, Yugoslavia, pada saat pendudukan oleh Negara-negara As. Ayahnya, Svetozar Milošević, melakukan bunuh diri ketika Slobodan masih di sekolah menengah. Kabarnya ayahnya pernah belajar untuk menjadi imam di Gereja Ortodoks, namun ia tidak pernah ditahbiskan. Ibu Slobodan, Stanislava Milošević, menggantung dirinya sepuluh tahun kemudian. Slobodan menikah dengan Mirjana Marković (mereka mempunyai seorang anak laki-laki, Marko, dan anak perempuan, Marija).
Pada 1959, Milošević bergabung dengan Partai Komunis (juga dikenal sebagai Liga Komunis). Milošević juga belajar ilmu hukum di Universitas Beograd (lulus pada 1964), dan di sana ia bertemu dengan Ivan Stambolić, seorang pemuda yang sedang naik daun di lingkungan Partai Komunis Yugoslavia. Sesuai dengan langkah-langkah mentornya, Milošević belakangan menuduh Stambolić "telah mengkhianati perjuangan Serbia". Sejak 1969 ia menjadi wakil CEO Tehnogas, sebuah perusahaan dengan Stambolić sebagai CEO-nya. Ketika Stambolić menjadi pemimpin Partai Komunis Serbia (1973), Milošević menggantikannya sebagai CEO Tehnogas. Ia bekerja di sana hingga 1978 ketika ia menerima jabatan sebagai ketua Beogradska Banka (Bank Beograd). Sesekali ia tinggal di New York sebagai perwakilan resmi bank itu di luar negeri, dan akhirnya ia meninggalkannya pada 1983 untuk mengabdikan dirinya sepenuhnya dalam politik.

Naik ke panggung kekuasaan

Setelah terpilih sebagai presiden dari Komite Kota Beograd dari Liga Komunis pada April 1984, Milošević secara terbuka menentang nasionalisme dan menghalangi penerbitan sebuah buku yang mengandung tulisan Slobodan Jovanović, seorang sejarahwan Serbia terkemuka, profesor hukum, dan politikus nasionalis pada awal abad ke-20. Milošević juga membela agar Marxisme tetap dipertahankan sebagai sebuah mata pelajaran sekolah dan secara terbuka mengecam para remaja Beograd karena sedikit yang muncul pada Hari Pemuda Komunis. Menurutnya, ketidakhadiran mereka "mencemari" watak dan karya Tito.
Pada April 1987 Milošević muncul sebagai kekuatan yang menonjol dalam politik Serbia. Posisi politiknya kadang-kadang disebut nasionalis, meskipun sosialisme dan internasionalisme juga kadang-kadang menjadi ciri ideologinya. Belakangan tahun itu, ketika berbicara di depan khalayak Serbia di Kosovo yang berkumpul untuk memprotes kebrutalan polisi, ia mengatakan kepada mereka bahwa "Tak seorangpun yang boleh memukul kalian!". Pernyataan ini ditafsirkan para kritiknya sebagai petunjuk dari nasionalismenya. Yang lainnya mengklaim bahwa, sebagai wakil politik, ia memberikan keyakinan kepada massa bahwa ia tidak akan membiarkan begitu saja pelanggaran terhadap hak-hak asasi mereka. Namun itu adalah kali pertama sejak Perang Dunia II bahwa seorang pejabat Partai Komunis secara terbuka memihak suatu kelompok etnis tertentu. Stambolić belakangan berkata bahwa "ia menganggap hari itu sebagai akhir dari Yugoslavia".
Sementara itu, Stambolić terpilih sebagai pemimpin partai dari bagian Serbia dari Liga Komunis. Pada September 1987, ia menjadi Presiden Serbia. Ia mendukung Milošević dalam pemilihan sebagai ketua partai yang baru, dan hal ini menimbulkan rasa cemas di antara para tokoh senior partai. Selama tiga hari Stambolić membela Milošević sebagai pemimpin, dan berhasil memenangkannya dengan suara tipis. Ini adalah pemilihan yang paling ketat dalam sejarah pemilihan internal Partai Komunis Serbia.
Dragiša Pavlović, pengganti Milošević yang cukup liberal di pucuk pimpinan Komite Beograd partai, menentang kebijakan Milošević terhadap orang-orang Serbia Kosovo. Ia menyebutnya "janji yang diberikan dengan terburu-buru". Berlawanan dengan nasihat yang diberikan Stambolić, Milošević mengecam Pavlović yang dianggapnya terlalu lunak terhadap kaum radikal Albania. Pada 23 September dan 24, selama sebuah sesi Komite Sentral Komunis yang berlangsung 32 jam yang disiarkan langsung di televisi negara, Milošević berhasil membuat Pavlović tersingkir. Karena merasa malu dan tertekan oleh para pendukung Milošević, Stambolić mengundurkan diri beberapa hari kemudian.
Pada Februari 1988, pengunduran diri Stambolić dinyatakan resmi, dan memungkinkan Milošević mengambil jabatannya sebagai Presiden. Dua belas tahun kemudian, pada musim panas 2000, Stambolić diculik; mayatnya ditemukan pada 2003 dan Milošević dituduh telah memerintahkan pembunuhannya. Pada 2005, sejumlah anggota polisi rahasia dan gang kriminal Serbia dinyatakan bersalah di Beograd atas sejumlah pembunuhan, termasuk pembunuhan Stambolić.
Milošević menghabiskan sebagian besar tahun 1988 dan 1989 untuk memusatkan perhatian pada politiknya di sekitar "masalah Kosovo ". Bawahannya menyelenggarakan demonstrasi-demonstrasi umum – apa yang disebut "revolusi anti birokrat " – yang menyebabkan tersingkirkannya pimpinan terpilih Vojvodina (6 Oktober 1988), Montenegro (10 Januari 1989) dan akhirnya Kosovo sendiri (pada Februari-Maret 1989). Azem Vlasi, pemimpin mayoritas Kosovo Albania, ditangkap; campur tangan polisi khusus pada pemogokan para buruh tambang Stari trg yang terjadi kemudian menyebabkn kematian 32 orang.
Pada 28 Maret 1989, Dewan Nasional Serbia, di bawah kepemimpinan Milošević, mengamandemen Konstitusi Republik Sosialis Serbia dan mengurangi otonomi dua provinsinya. Tiga bulan kemudian, pada Vidovdan (hari St. Vitus) dan peringatan ke-600 Pertempuran Kosovo, Milošević berbicara di depan kerumunan besar rakyat yang berkumpul di tempat yang konon merupakan tempat berlangsungnya pertempuran itu. Di antaranya ia mengatakan:
"Kita kembali terlibat di dalam pertempuran dan menghadapi pertempuran. Bukan pertempuran bersenjata, meskipun tidak berarti pertempuran bersenjata tidak akan terjadi."
Kata-kata ini dianggap secara umum sebagai permulaan resmi dari kampanye nasionalis Serbia, sebuah unsure yang menentukan dari Perang Yugoslavia yang pecah beberapa tahun kemudian. Para pembela Milošević mengklaim bahwa pidato itu mengagung-agungkan kesatuan di antara semua rakyat di Serbia, sambil menunjukkan kepada pernyataan-pernyataan lain di dalam pidato Milošević seperti misalnya:
"Pada dasarnya, seluruh negara kita ini harus dibangun berdasarkan prinsip-prinsip seperti itu. Yugoslavia adalah sebuah komunitas multi nasional dan ia hanya dapat bertahan di bawah kondisi-kondisi kesetaraan penuh bagi semua bangsa yang hidup di dalamnya."
"Hubungan-hubungan yang sederajat dan harmonis di antara bangsa-bangsa Yugoslavia adalah syarat yang perlu bagi keberadaan Yugoslavia dan agar negara ini dapat keluar dari krisis ini."
Milošević menutupnya dengan mengatakan:
"Biarlah kenangan heroisme Kosovo hidup selama-lamanya! Hidup Serbia! Hidup Yugoslavia! Hidup perdamaian dan persaudaraan antara semua bangsa!"

Kepresidenan

Slobodan Milošević mula-mula terpilih sebagai Presiden Serbia oleh Dewan Nasional pada 1989.
Pada Kongres ke-14 Liga Komunis Yugoslavia pada Januari 1990, delegasi Serbia yang dipimpin oleh Milošević mendesak agar Konstitusi 1974 dikembalikan – yang mengandung kebijakan yang memberikan kekuasaan kepada republik-republik Yugoslavia – ketimbang memperkenalkan kebijakan "satu orang, satu suara ", yang akan memberdayakan penduduk mayoritas, orang-orang Serbia. Hal ini menyebabkan delegasi Slovenia dan Kroasia (yang masing-masing dipimpin oleh Milan Kučan dan Ivica Račan) meninggalkan Kongres sebagai protes dan menandai memuncaknya perpecahan dalam partai yang berkuasa di Yugoslavia.
Milošević memimpin transformasi Liga Komunis Serbia menjadi Partai Sosialis Serbia (Juli 1990) dan diterimanya sebuah Konstitusi Serbia yang baru (September 1990) yang memungkinkan diadakannya pemilu langsung dengan presiden yang memiliki kekuasaan yang lebih besar. Milošević kemudian terpilih kembali sebagai presiden dari Republik Serbia dalam pemilu langsung Desember 1990 dan Desember 1992.
Dalam pemilu parlementer pertama yang bebas pada Desember 1990, Partai Sosialis Milošević memenangkan 80,5% suara. Etnis Albania di Kosovo pada umumnya membokot pemilu itu, dan praktis melenyapkan oposisi yang paling sedikitpun yang dihadapi Milošević sebelumnya. Milošević sendiri memenangkan pemilu kepresidenan dengan persentase suara yang jauh lebih besar lagi.
Naiknya Milošević ke panggung kekuasaan terjadi di tengah-tengah berkembangnya nasionalisme di semua republik bekas Yugoslavia setelah runtuhnya pemerintah komunis di seluruh Eropa timur. Yang perlu dicatat, orang-orang Slovenia memilih sebuah pemerintahan nasionalis di bawah Milan Kučan, dan orang-orang Kroasia melakukan hal yang sama dengan Franjo Tuđman. Kaum politikus Bosnia juga berorientasi nasionalis.
Yugoslavia yang sosialis pada waktu itu diperintah oleh sebuah Kepresidenan dengan delapan orang anggota dan empat di antaranya cenderung mendukung gagasan-gagasan Slobodan Milošević (seperti misalnya pengumuman undang-undang darurat), sementara empat lainnya cenderung menentang. Karena keputusan-keputusan penting pada akhirnya macet, kepala negara pun tidak berfungsi.
Pada Juni 1991, Slovenia dan Kroasia memisahkan diri dari federasi, diikuti oleh republik Makedonia (September 1991) dan Bosnia dan Herzegovina (Maret 1992). Minoritas Serbia yang besar di Kroasia (580.000) dan Bosnia (1,36 juta) menuntut untuk tinggal di Yugoslavia berdasarkan hak untuk memutuskan nasib sendiri yang diklaim oleh tetangga-tetangga Kroasia dan Muslim (Bosnyak) mereka.
Orang-orang Serbia di Kroasia mulai mengorganisasi otonomi mereka sendiri sejak pertengahan 1990, dan mereka didukung dalam hal ini oleh pemerintah Yugoslavia. Sepanjang 1991 dan awal 1992, bersama-sama dengan Tentara Rakyat Yugoslavia, mereka terlibat dalam perang melawan pemerintah Kroasia. Pemimpin Serbia pertama di Kroasia, Milan Babić, telah menyatakan bahwa Milošević bertanggung jawab untuk semua ini, sementara penggantinya Goran Hadžić secara terbuka membanggakan dirinya bahwa dia adalah "perpanjangan tangan Slobodan Milošević".
Pada 1992, hal serupa terjadi di Bosnia dan Herzegovina, ketika Tentara Rakyat Yugoslavia memindahkan sebagian besar pasukan-pasukannya ke sana. Pada 1995, Milošević ikut perundingan dalam Kesepakatan Dayton atas nama orang-orang Serbia Bosnia (sama halnya dengan apa yang dilakukan Tuđman untuk orang-orang Kroasia Bosnia). Ketika perjanjian itu akhirnya menghentikan peperangan di Bosnia, Milošević dipuji oleh Dunia Barat sebagai salah satu tiang perdamaian Balkan.

Jatuhnya Kepresidenan

Poster Milošević dirusak dengan bekas tembakan
Pada 4 Februari 1997, Milošević mengakui kemenangan oposisi pada sejumlah pemilu lokal, setelah sebelumnya menolak hasilnya selama 11 minggu.
Meskipun secara konstitusional jabatannya sebagai Presiden Serbia dibatasi dua masa jabatan, pada 23 Juli 1997, Milošević menduduki jabatan presiden Federasi Yugoslavia (saat itu terdiri dari Serbia dan Montenegro). Tindakan-tindakan bersenjata oleh kelompok-kelompok separatis Albania dan tindakan balasan oleh polisi dan militer Serbia di wilayah Serbia yang tadinya otonom (dan 90% terdiri dari orang Albania) di provinsi Kosovo memuncak dengan peperangan pada 1998, serangan-serangan udara NATO terhadap Republik Federal Yugoslavia antara Maret dan Juni 1999, dan akhirnya semua pasukan keamanan Yugoslavia ditarik mundur sepenuhnya dari provinsi itu.
Selama Perang Kosovo Milošević dikenai tuduhan pada 27 Mei 1999, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Kosovo. Ia diadili hingga kematiannya di International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia, yang dinyatakannya tidak legal, karena dibentuk berlawanan dengan anggaran dasar PBB.
Menurut konstitusi Yugoslavia pemilu harus dilangsungkan dalam dua putaran, dan putaran kedua diikuti oleh dua kandidat dengan suara terbanyak. Hasil-hasil resmi menunjukkan bahwa Koštunica unggul atas Milošević namun suara yang diperolehnya kurang dari 50%. Menurut jajak pendapat, para pendukung dari semua kandidat kecil akan dialihkan kepada Milošević, demikian pula suara orang-orang yang sebelumnya abstain pada putaran pertama, namun menentang oposisi yang didukung oleh kekuatan NATO.
Milošević menolak klaim pihak oposisi yang menyatakan bahwa mereka telah memenangi putaran pertama pada September 2000. Hal ini menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran di Beograd pada 5 Oktober dan runtuhnya kewibawaan pemerintah. Pemimpin oposisi Vojislav Koštunica akhirnya menjabat sebagai presiden Yugoslavia pada 6 Oktober ketika Milošević secara terbuka mengakui kekalahannya. Ironisnya, Milošević kehilangan kendali kekuasaannya setelah kalah dalam pemilu yang dijadwalkannya sebelum mandatnya berakhir, dan yang sesungguhnya tak perlu dimenangkannya untuk dapat bertahan dalam kekuasaan yang terpusat pada parlemen yang dikuasai oleh partainya dan rekan-rekannya. Kejatuhan Milošević disebut Revolusi Bulldozer.
Setelah dikeluarkannya perintah untuk penangkapannya oleh penguasa authorities atas tuduhan-tuduhan korupsi/penyalahgunaan kekuasaan, Milošević akhirnya menyerah kepada pihak keamanan pada 31 Maret 2001. Pada 28 Juni tahun yang sama, Milošević dipindahkan oleh pejabat-pejabat pemerintah dari Yugoslavian ke tahanan PBB di dalam wilayah Bosnia. Kemudian ia dipindahkan ke International Criminal Tribunal for the Former Yugoslavia, meskipun Konstitusi secara eksplisit melarang ekstradisi warga negara Yugoslavia. Koštunica secara resmi menentang pemindahan ini.

Pengadilan

Setelah dipindahkannya Milošević, tuduhan-tuduhan awal berupa kejahatan perang di Kosovo ditambah dengan tuduhan-tuduhan genosida di Bosnia dan kejahatan perang di Kroasia. Pada 30 Januari 2002, Milošević menuduh bahwa pengadilan penjahat perang itu melakukan "serangan jahat dan penuh permusuhan" terhadap dirinya. Pengadilan dimulai di Den Haag pada 12 Februari 2002, dengan Milošević membela dirinya sendiri sementara menolak untuk mengakui keabsahan yurisdiksi pengadilan itu.
Popularitasnya di antara orang-orang Serbia dan Yugoslavia kembali meningkat tajam begitu pengadilan itu dimulai, karena para pendukungnya memandangnya sebagai cemoohan terhadap keadilan dan pelanggaran terhadap kedaulatan nasional.
Milošević mempunyai sebuah tim di Beograd yang menolongnya, seringkali mengirimkan kepadanya informasi yang didapat dari arsip-arsip polisi rahasia. Orang-orang dalam di Serbia seringkali mendukung sudut pandangan Milošević, sementara saksi-saksi Bosnia dan Kroasia menawarkan banyak kesaksian yang mendukung tuduhan-tuduhannya. Pengadilan ini harus membuktikan bahwa Milošević mempunyai tanggung jawab komando di Kroasia dan Bosnia, setidak-tidaknya secara de facto, karena secara resmi sebagai Presiden Serbia pada saat itu ia tidak berkuasa. Pengaruhnya mungkin telah melampaui tugas-tugas resmiknya, namun tidak ada catatan tentang semua itu.
Milošević sendiri tidak dianggap oleh sejumlah orang sezamannya sebagai seorang nasionalis radikal (meskipun sebagian pengikutnya termasuk). Retorika Milošević tidak menggunakan ucapan-ucapan yang mengandung kebencian.
Pada suatu saat di masa perang Yugoslavia, Serbia menolak kerja sama lebih jauh dengan orang-orang Serbia Kroasia (Republik Serbia Krajina), dan juga dengan orang-orang Serbia Bosnia (Republika Srpska, pada 1993, ketika Serbia menutup perbatasan di sungai Drina. Setelah Persetujuan Dayton pada 1995, partai radikal) kaum nasionalis Serbia (Vojislav Šešelj menjadi lawan-lawannya yang paling kuat, hingga 1998 ketika mereka bergabung dengan partainya dalam suatu pemerintahan koalisi.
Pengadilan ini sendiri masih merupakan masalah kontrovesial dan telah menampilkan banyak kesaksian yang bertentangan dan aneh, yang dipandang oleh banyak pihak mendukung teori penyelubungan dan ketidakjujuran dari pihak-pihak yang belawanan. Misalnya:
  • pernyataan oleh William Walker, bekas duta besar AS di El Salvador selama perang itu, bahwa ia tidak ingat menelepon sejumlah pejabat senior AS untuk mengatakan bahwa, di Racak, ia telah menemukan pembenaran untuk perang NATO, tetapi ia tidak menyangkal bahwa pejabat-pejabat yang mengatakan bahwa mereka telah menerima teleponnya menceritakan kebenaran,
  • kesaksian oleh Jenderal Wesley Clark bahwa Milošević telah secara pribadi mendekatinya pada sebuah konferensi untuk mengakui bahwa ia mengetahui sebelumnya tentang rencana pembantaian Srebrenica dan dalam bukti yang sama bahwa NATO tidak mempunyai kaitan dengan KLA,
  • pernyataan oleh Rade Marković bahwa sebuah pernyataan tertulis yang telah dibuatnya yang melibatkan Milošević didapatkan daripadanya melalui tekanan yang setara dengan siksaan oleh sejumlah perwira NATO yang disebutkan namanya,
  • pernyataan oleh Lord Owen (pengarang Rencana Vance Owen) bahwa Milošević adalah satu-satunya pemimpin yang secara konsisten telah mendukung perdamaian dan bahwa bentuk rasisme apapun di matanya adalah suatu "anatema".
Jaksa penuntut membutuhkan dua tahun untuk menyampaikan tuntutannya pada bagian pertama dari pengadilan itu, yang mencakup perang di Kroasia, Bosnia dan Kosovo. Sepanjang dua tahun itu, proses peradilan ini diikuti dengan cermat oleh masyarakat dari republik-republik bekas Yugoslavia karena menakup berbagai kejadian penting dari perang tersebut serta melibatkan sejumlah saksi penting.
Milošević semakin parah sakitnya sepanjang waktu ini (tekanan darah tinggi dan flu yang parah), yang menyebabkan jeda dan pengadilan yang diperpanjang hingga sekurang-kurangnya enam bulan. Pada awal 2004, ketika akhirnya ia muncul di pengadilan untuk mulai menyampaikan pembelaanya (dengan menyebutkan lebih dari 1.200 orang saksi), kedua hakim ICTY memutuskan untuk menunjuk dua orang pengacara sesuai dengan pandangan-pandangan kardiolog di pengadilan. Tindakan ini ditentang oleh Milošević sendiri serta kedua pengacara Britania yang ditunjuk mendampinginya.
Pada November 2004, bekas Perdana Menteri Soviet, Nikolai Ryzhkov menjadi tokoh penting pertama yang memberikan kesaksian yang meringankan.
Ada anggapan bahwa bila diizinkan mengajukan pembelaan, Milošević akan berusaha membuktikan bahwa serangan NATO atas Yugoslavia adalah sebuah agresi, dan karena itu merupakan suatu kejahatan perang di bawah undang-undang internasinoal dan bahwa, sementara mendukung KLA, mereka sadar bahwa mereka telah mempraktikkan dan bermaksud untuk melanjutkan genosida, yang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Bila tuntutan prima facie atas kedua klaim itu terbukti, ICTY secara hukum, berdasarkan kerangka acuannya sendiri, harus menyiapkan tuduhan terhadap para pemimpin dari kebanyakan negara NATO, meskipun Jaksa Penuntut telah menyimpulkan suatu “penelitian” terhadap para pemimpin NATO.

Para pendukung Milošević

Ada sejumlah penulis dan wartawan yang mengatakan bahwa kejahatan dari tindakan-tindakan Milošević selama Perang Saudara Bosnia telah dilebih-lebihkan untuk dijadikan pembenaran bagi intervensi militer. Ilmuwan politik Michael Parenti mengajukan pembelaan terhadap Milošević, dan mengatakan bahwa tindakan-tindakan orang-orang Serbia pada umumnya, secara sistematik telah dilebih-lebihkan oleh media arus utama AS selama masa pengeboman NATO (lihat buku Parenti "To Kill a Nation" untuk penjelasan lebih terinci).
Selain itu, wartawati yang berbasis di Paris, Diana Johnstone menyatakan dalam bukunya, Fool's Crusade, bahwa tindakan-tindakan Milošević paling-paling marginal, dan tidak lebih parah daripada kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Kroasia maupun Muslim Bosnia, bahkan ia sampai menyatakan bahwa pembantaian Srebrenica tidak terjadi, dan hanya merupakan rekayasa media. Namun ada yang menyatakan bahwa Johnstone adalah seorang teman lama dari Mirjana Marković, istri Milošević.
Ilmuwan politik Edward Herman (bekas rekan penulis Noam Chomsky) secara terbuka mendukung temuan-temuan Johnstone di dalam tinjauannya di dalam The Fool's Crusade dalam Monthly Review setelah buku itu terbit.[1] Noam Chomsky sendiri tidak memberikan komentar tentang keakuratan temuan-temuan Johnstone meskipun ia telah menyatakan bahwa ia menyesal bahwa ia tidak cukup kuat mendukung bukunya ketika diterbitkan. Komentar ini kemudian kabarnya didistorsikan oleh Emma Brockes, seorang wartawati, dalam sebuah wawancara dengan Chomsky dalam The Guardian yang membuat seolah-olah Chomsky seniri menyangkal pembantaian Srebrenica. Sebagai tanggapan Chomsky mengeluakan sebuah surat terbuka kepada The Guardian yang isinya menuduh Brockes dan para redakturnya telah membuat rekayasa [2] The Guardian belakangan meminta maaf kepada Chomsky dan mencabut kembali artikel itu dalam sebuah surat singkat.[3]
Diana Johnstone belakangan membuat komentar di koran The Guardian dalam jurnal Alexander Cockburn CounterPunch.[4] Chomsky tidak setuju dengan pandangan-pandangan Johnstone tentang Milošević, Serbia, ataupun Srebrenica khususnya, tetapi ia kritis tentang campur tangan NATO dan telah menyatakan bahwa kampanye itu dilakukan dengan pengetahuan sebelumnya bahwa pengeboman itu akan meningkatkan kekejaman. Pandangan-pandangannya tentang topik ini dapat ditemukan di dalam dalam bukunya The New Military Humanism.
Jurnalisme investigatif profesor dari Universitas Pennsylvania Francisco Gil-White tentang Baju Raja yang Baru dan Penelitian Historis dan Investigatifnya mengungkapkan dokumen-dokumen, yang diyakininya, mendukung bahwa klaim-klaim tentang tindakan kriminal Milošević sebagai Presiden Yugoslavia dilebih-lebihkan, kalau tidak malah direkayasa seluruhnya. Penelitiannya tentang hal ini dan berbagai topik kontroversial lainnya telah menyebabkan ia dipecat dari Universitas.

Kematian

Milošević ditemukan meninggal dunia di selnya pada 11 Maret 2006 di pusat tahanan pengadilan penjahat perang PBB di Den Haag.[5] Seorang pejabat di kantor jaksa penuntut utama mengatakan bahwa Milošević ditemukan sekitar pk. 10 pagi hari Sabtu dan tampaknya telah meninggal selama beberapa jam.[6] International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY) mengatakan bahwa Milošević telah lama menderita masalah dengan jantungnya dan tekanan darah tinggi.[7][8] Peradilannya mestinya dilanjutkan kembali pada 14 Maret dengan mendengarkan kesaksian dari bekas presiden Montenegro, Momir Bulatović. Baru-baru ini pengadilan menolak permintaannya untuk pergi ke Rusia untuk mendapatkan perawatan dokter spesialis. Ia merencanakan untuk naik banding atas keputusan ini, karena katanya kondisinya semakin memburuk.[6] Kematiannya yang tampaknya disebabkan oeh hal-hal yang wajar, diumumkan oleh Partai Sosialis Serbia,[9] meskipun berbicara di depan kamera televisi di Den Haag, pengacara Milošević, Zdenko Tomanović, menyatakan bahwa Milošević telah menyatakan kekuatirannya bahwa ia diracuni, dan menuntut agar jenazahnya diotopsi di Rusia dan bukan di Belanda. Permintaan untuk otopsi di Rusia ditolak oleh ICTY dan jenazahnya dipindahkan ke Institut Forensik Belanda. Permintaan agar otopsi dihadiri oleh seorang ahli patologi dari Beograd dikabulkan.[10]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar